TEMPO Interaktif, Jakarta - Perum Bulog sedang melakukan pembicaraan intensif dengan pemerintah Vietnam untuk menambah impor beras 700 ribu ton hingga awal tahun depan. “Sekitar dua atau tiga pekan lalu kami sudah sepakati tambahan 400 ribu ton. Vietnam juga siap menyediakan 300 ribu ton lagi hingga awal tahun depan,” kata Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso ketika dihubungi Tempo, Jumat, 30 September 2011.
Meski cadangan Bulog cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri hingga enam bulan ke depan, menurut Sutarto, pemerintah akan terus mencari peluang menambah stok, termasuk lewat penyerapan beras petani dan pembelian impor. Ini untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya paceklik dan pembagian beras warga miskin ke-13 sehingga menurunkan cadangan. Pemerintah menargetkan Bulog untuk memiliki cadangan 2 juta ton beras tahun ini.
Tambahan impor dari Vietnam di luar kesepakatan pembelian 500 ribu ton yang sudah ditandatangani kedua pihak. Dengan demikian, total impor beras dari Vietnam mencapai 1,2 juta ton. Agustus lalu, pemerintah meneken perjanjian dengan Thailand dan Vietnam untuk memperpanjang perjanjian impor, yang berakhir pada 2011 dan 2012. Dalam perjanjian itu, Vietnam dan Thailand sepakat menjual berasnya masing-masing 500 ribu ton dan 300 ton.
Namun, Selasa, 27 September 2011, pemerintahan Perdana Menteri Thailand Yingluck Shinawatra membatalkan penjualan 300 ribu ton beras ke Indonesia, yang sebelumnya telah disepakati pemerintahan lama pada pertengahan Agustus. Menteri Perdagangan Thailand Na Ranong Kittirat mengatakan harga yang disepakati tidak sesuai dengan keinginan pemerintah. “Sehingga kesepakatan itu tidak bakal terjadi. Kami berharap Indonesia akan mengerti,” kata Kittirat.
Sumber yang mengetahui kesepakatan itu mengatakan harga US$ 559 per ton yang disetujui Badan Usaha Logistik Thailand terlalu rendah. Setelah dikurangi biaya pengiriman US$ 30 per ton dan biaya lainnya, Thailand hanya menerima US$ 490. Sementara Perum Bulog menginginkan padi yang baru dipanen bukan stok lama. Padahal, kata Asosiasi Eksportir Beras Thailand, beras yang diinginkan Bulog memiliki kadar patahan 15 persen yang harganya saat ini US$ 600 per ton.
Ihwal pembatalan impor beras, hingga kini Sutarto belum mendapat informasi resmi. Namun Bulog akan terus berupaya menjalin komunikasi dengan Kementerian Perdagangan Thailand. Bulog juga melibatkan Kedutaan Besar Indonesia lantaran perjanjian itu merupakan kesepakatan antara pemerintah (government to government). "Kemungkinan Duta Besar akan bertemu dengan otoritas perdagangan Thailand dalam pekan ini,” ujar Sutarto.
BOBBY CHANDRA