TEMPO Interaktif, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) menilai Pulau Sumatera berpotensi mengembangkan peternakan sapi. Badan Pusat Statistik (BPS) menilai Pulau Sumatera berpotensi mengembangkan peternakan sapi. Hal tersebut didukung oleh pertumbuhan jumlah sapi hidup yang sangat besar. Bahkan, jumlah sapi di pulau itu melebihi rata-rata pertumbuhan di Pulau Jawa, salah satu sentra sapi terbesar.
Merujuk pada data BPS, jumlah sapi potong dan sapi perah di Sumatera mencapai 2,726 juta ekor tahun ini. Padahal berdasarkan sensus 2003, jumlah sapi masih 1,304 juta ekor. "Ada pertumbuhan 9,66 persen per tahun," kata Kepala BPS Rusman Heriawan di Jakarta kemarin.
Pertumbuhan jumlah sapi di Sumatera lebih tinggi ketimbang di Pulau Jawa, yang hanya 3,85 persen setahun. Pada 2011, sapi di Jawa mencapai 8,14 juta ekor. Secara nasional, pertumbuhan sapi di Jawa hanya 5,32 persen, lebih kecil dari pertambahan sapi di Sumatera.
BPS juga mengumumkan jumlah sapi potong di Indonesia mencapai 14,8 juta ekor. Sedangkan sapi perah sebanyak 597,1 ribu ekor. Jumlah sapi betina mencapai 68,15 persen dari total sapi di Tanah Air. Banyaknya sapi betina dewasa karena dibiarkan beranak sampai 5-6 kali, lantas baru dipotong.
Dilihat dari sebaran umur, komposisi sapi jantan seimbang. Sebab, jika sapi dewasa dipotong, sapi muda dan anak yang menggantikan, jumlahnya kurang lebih sama besar. Sapi jantan anak, muda, dan dewasa masing-masing sepertiga populasi sapi potong jantan.
Menilik hasil sensus, Menteri Pertanian Suswono optimistis swasembada daging pada 2014 tetap tercapai. Berdasarkan data itu, Suswono berharap importir daging atau sapi bakalan bisa menyerap sapi lokal. "Pedagang yang penting untung. Kalau bisa dipenuhi dalam negeri, kenapa impor?" katanya.
Suswono menegaskan, predikat swasembada terjadi ketika impor hanya 10 persen dari konsumsi daging, yang mencapai 1,7 juta ekor per tahun. Adapun saat ini impor masih di atas 30 persen, yang terdiri atas 500 ribu ekor sapi bakalan dan impor daging 70 ribu ton saban tahun.
Kementerian Pertanian berencana menghitung kembali jumlah konsumsi karena ikut menentukan impor. Suswono berharap konsumsi daging meningkat empat kali lipat dari saat ini 1,7 kilogram per kapita per tahun. "Jika demikian, kuota impor 10 persen, secara volume bisa lebih tinggi dari sekarang," katanya.
EKA UTAMI APRILIA