TEMPO Interaktif, Jakarta - Pemerintah menyambut baik rencana Bank Indonesia membeli Surat Berharga Negara (SBN) dengan menggunakan cadangan dolar Amerika Serikat. Menurut Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Rahmat Waluyanto, kebijakan bank sentral tersebut bagus dan perlu didukung.
"Langkah BI dapat ikut membantu stabilitas pasar SBN dan nilai tukar rupiah," ujar Rahmat melalui pesan pendeknya kepada Tempo, Kamis, 11 Agustus 2011.
Seperti diberitakan sebelumnya, Bank Indonesia akan menggunakan SBN sebagai instrumen moneter. Langkah ini dilakukan agar bank sentral bisa mengelola volatilitas nilai tukar dan di saat bersamaan menambah stok Surat Utang Negara (SUN).
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Bambang Brodjonegoro mengatakan pemerintah akan segera mengajukan kembali Rancangan Undang-Undang Jaringan Pengaman Sistem Keuangan (JPSK). Sementara itu, untuk menghadapi krisis utang yang melanda Amerika Serikat dan Eropa, pemerintah telah menyiapkan upaya mitigasi krisis. Dalam APBNP 2011 telah mengalokasikan dana untuk mitigasi krisis sebesar Rp 103 triliun.
Dana tersebut dibagi ke dalam empat hal. Alokasi dana cadangan risiko perubahan asumsi makro dan stabilitas harga sebesar Rp 4,7 triliun. Anggaran bantuan sosial sebesar Rp 81,8 triliun. Anggaran subsidi pangan sebesar Rp 15,3 triliun dan kebijakan pemberian raskin ke-13 Rp 1,3 triliun.
Selain itu juga, pemerintah telah mempersiapkan langkah lainnya melalui pembelian kembali Surat Berharga Negara, Bond Stabilization Framework, dan manajemen protokol krisis. Bambang optimistis bahwa krisis utang Amerika tidak akan berdampak besar ke Indonesia. "Fundamental ekonomi kita masih kuat," tandasnya.
ADITYA BUDIMAN