TEMPO Interaktif, Jakarta - Perusahaan minyak dan gas (migas) asal Amerika Serikat, ExxonMobil, melepas sahamnya di sektor operasi gas dan gas alam cair di Nanggroe Aceh Darussalam. Ada tiga perusahaan yang sahamnya dilepas, yakni Mobil Exploration Indonesia Inc, ExxonMobil Oil Indonesia Inc, dan Mobil LNG Indonesia Inc.
Porsi saham yang dilepas masing-masing 100 persen untuk Blok B Arun dan Lapangan North Sumatera Offshore. Saham yang dilepas untuk operasi gas alam cair di PT Arun NGL sebanyak 30 persen. Dengan penjualan itu, dipastikan terdapat pergantian operator dalam pengelolaan blok gas tersebut.
Sepanjang 2010, aset-aset yang dipasarkan tersebut memproduksi rata-rata 215 juta kubik per hari (MCFD) gas dan kondensat saban tahun. "Pelepasan saham sesuai dengan praktek ExxonMobil, yang secara berkesinambungan mengkaji asetnya dari segi kontribusi," kata ExxonMobil dalam pernyataannya di Jakarta, Selasa, 10 Agustus 2011.
Juru bicara Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (BP Migas), Gde Pradnyana, menjelaskan, rencana pelepasan saham telah dilaporkan ke BP Migas sejak sepekan lalu. Menurut Gde, alasan ExxonMobil melepas sahamnya karena perusahaan tersebut ingin berfokus pada mengembangkan asetnya yang lain.
Apalagi, ada kemungkinan Exxon menilai aset lapangan gas di Aceh itu termasuk tidak ekonomis. "Bagi perusahaan sebesar Exxon, mungkin sudah tidak menarik, tapi bagi perusahaan lain saya yakin masih menarik," ujar Gde. "Akan dilepas begitu ada pembeli yang disepakati."
Total produksi gas dari aset yang dijual berkisar 215 juta kaki kubik gas per hari. Masih terhitung cukup bagus untuk dilanjutkan pengelolaannya. "Dengan dilepas, terbuka peluang perusahaan lain untuk mengelola dan memaksimalkan nilai ekonomi blok tersebut," ujar Gde.
Kepala BP Migas Raden Priyono mengharapkan perusahaan migas nasional berminat membeli saham milik ExxonMobil. Sejumlah perusahaan nasional berpeluang membeli saham tersebut, antara lain PT Pertamina, PT Medco Energi International, dan Grup Bakrie.
PT Pertamina belum tertarik membeli saham ExxonMobil. "Tunggu sampai kontrak habis dulu saja," kata juru bicara Pertamina, Mochammad Harun. Hal serupa disampaikan Presiden Direktur MedcoEnergi Loekman A. Mahfoedz. "Belum bisa beri komentar. Kami juga belum tahu apa yang ditawarkan."
Secara terpisah, Senior Vice President Exxon Mobil Corporation Mark W. Alber, didampingi President & General Manager of ExxonMobil Oil Indonesia Terry S. McPhail, bertemu dengan Wakil Presiden Boediono kemarin siang. Pertemuan itu membahas perkembangan kontrak kerja sama di Natuna dan Blok Cepu yang segera beroperasi.
Seperti diketahui, kontrak kerja sama pembangunan sarana produksi migas di Blok Cepu sudah ditandatangani akhir pekan lalu. Proyek yang ditandatangani oleh BP Migas bersama Exxon Mobil, Tripatra, dan Samsung itu bernilai US$ 746,37 juta. Pembangunan sarana itu diperkirakan selesai dalam 36 bulan.
Pertemuan dengan Wakil Presiden juga membahas rencana produksi di tempat lain, misalnya rencana uji coba proyek Coal Bed Methane di Kalimantan. Exxon juga berencana melakukan eksplorasi di beberapa titik karena potensi migas di Indonesia masih cukup.
GUSTIDHA BUDIARTIE | KARTIKA CANDRA