TEMPO Interaktif, Jakarta - Pengamat ekonomi, Ahmad Erani Yustika, mengatakan bahwa pemerintah harus melakukan simulasi terhadap potensi ekspor dan impor Indonesia, mengingat penguatan rupiah akhir-akhir ini. "Agar terlihat berapa potensi keuntungan dari penguatan rupiah," ujar Ahmad kepada Tempo, Jumat, 29 Juli 2011.
Direktur Indef ini menilai setiap penguatan dan pelemahan, rupiah memiliki keuntungan dan kerugiannya. Penguatan rupiah tentunya akan menguntungkan dari sisi harga barang-barang impor. "Sementara, daya saing ekspor cenderung melemah jika rupiah menguat," tandasnya.
Ahmad menilai simulasi atau rekonsiliasi data akan menggambarkan berapa nilai yang didapat dari penguatan rupiah ini. "Jangan-jangan untungnya sedikit," tutur Ahmad.
Sementara itu, Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa menyambut positif penguatan rupiah. Menurut dia, hal itu menandakan kondisi ekonomi makro Indonesia yang semakin membaik. "Penguatan juga menunjukkan adanya kepercayaan. Terlihat dari banyaknya capital inflow," kata Hatta, Rabu kemarin, 27 Juli 2011.
Hatta berharap, dengan menguatkan nilai rupiah dapat memberikan dampak positif bagi sektor rill. "Yang terpenting bagaimana bisa mendorong percepatannya," ujarnya.
Berdasarkan situs Bank Sentral, pergerakan rupiah berada pada kisaran Rp 8.500 per dolar Amerika Serikat (AS). Pada Rabu, 27 Juli kemarin, tercatat rupiah menguat pada angka Rp 8.489. Angka ini merupakan rekor terkuat sejak 3 Maret 2004.
ADITYA BUDIMAN