TEMPO Interaktif, Jakarta - PT Pertamina (Persero) menyatakan siap mengubah kilang LNG (Liqufied Natural Gas) Arun menjadi terminal penampungan gas (regasification unit) dengan total kapasitas hingga 100 juta kaki kubik per hari.
Seperti diketahui, kilang LNG Arun akan berakhir masa produksinya pada 2014. Agar tidak mubazir, beberapa kalangan meminta agar pemerintah mengubah fungsi LNG Arun menjadi terminal penampungan gas. Pertamina, sebagai perusahaan pelat merah di bidang migas, juga bersedia menanamkan modalnya di sana.
Taksiran investasinya lumayan besar. "Sekitar US$ 80 juta," ujar Vice President Corporate Communication Pertamina, Mochammad Harun, Rabu 13 Juli 2011.
Sebelumnya, Direktur Utama Pertamina pernah menyatakan perusahaan tersebut siap membangun terminal penampungan gas Arun dengan kapasitas hingga 100 juta kaki kubik per hari. Volume tersebut nantinya diperkirakan cukup untuk memenuhi kebutuhan gas wilayah Aceh dan sekitarnya yang rata-rata mencapai 50 juta kaki kubik per hari.
Saat ini Pertamina tinggal menantikan lampu hijau dari pemerintah soal keinginannya tersebut. "Inginnya kami tidak hanya menjadikan Arun sebagai terminal regasifikasi, tapi juga menjadi satelit LNG," ujarnya. Soal pasokan gas untuk Arun, bisa berasal dari domestik ataupun impor. "Tergantung pada persediaan dalam negeri. Kalau proyek-proyek besar seperti Natuna belum mulai ya kita harus impor," tuturnya.
Pertamina juga berkoordinasi dengan PLN terkait kebutuhan gas untuk listrik di sekitar wilayah tersebut. Pertamina juga membuka kesempatan bagi BUMD ataupun pemerintah daerah yang memiliki keinginan berpartisipasi dalam pembangunan terminal penampungan gas tersebut.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian Energi, Evita Herawati Legowo, juga pernah menyatakan bahwa pemerintah memang berniat membangun terminal penampungan gas di Arun. "Selain itu kami juga akan bangun di Belawan, Sumatra Utara," kata dia. Proyek terminal Arun yang investasinya mencapai US$ 80 juta dolar itu diperkirakan membutuhkan waktu selama 20 bulan untuk penyelesaian pembangunannya.
GUSTIDHA BUDIARTIE