TEMPO Interaktif, Jakarta - Deputi Statistik Produksi Badan Pusat Statistik Sihar Lumban Tobing mengatakan, jumlah ternak yang disensus per 1 Juli menembus 16 juta ekor. "Tepatnya 16.077.192 ekor," kata Sihar usai konferensi pers di Kantor BPS Jakarta, akhir pekan lalu
Total hewan ternak tersebut terdiri atas sapi potong sebanyak 14.253.732, sapi perah 565.141, dan kerbau 1.258.319. Daerah yang pemilik sapi terbanyak terdapat di Jawa Timur sebanyak 4,7 juta ekor, Jawa Tengah 2,1 juta, dan Sulawesi Selatan 1,01 juta.
Sensus ini baru 99,1 persen. BPS memberi tenggat selama 2 pekan sensus akan selesai. Dari 7.700 desa yang disensus ada 5 daerah yang belum disensus, yakni Papua, Papua Barat, Kalimantan Timur, Aceh, dan Nusa Tenggara Timur.
Sensus ini merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai swasembada daging pada 2014. Untuk menyukseskan program swasembada daging, pemerintah juga harus meningkatkan pasar hewan. Pasalnya, ternak yang sudah disensus tersebar di wilayah Indonesia sehingga menyulitkan dari sisi pendistribusian.
Sementara itu, walau sudah hampir sebulan, penangguhan ekspor sapi belum mempengaruhi kenaikan harga daging. Setidaknya itu tergambar dari paparan inflasi selama Juni. Daging tak menyumbang inflasi. “Harga belum naik terlalu drastis,” kata Kepala Badan Pusat Statistik Rusman Heriawan.
Australia menangguhkan ekspor sapi hidup ke Indonesia selama 6 bulan sejak 8 Juni. Kebijakan itu diambil sebagai respons atas cara pemotongan yang dianggap tak memenuhi standar kesejahteraan hewan. Bukti ini mengacu pada tayangan stasiun televisi ABC pada akhir Mei lalu.
Harga daging sempat naik pada pekan ketiga Juni sebesar Rp 600 dari harga rata-rata sekitar Rp 60 ribu per kilogram. Tapi, pada pekan pertama dan kedua Juni harga masih turun. “Jadi, kesimpulannya, pada Juni harga daging masih menyumbang deflasi,” ujar Rusman.
Tapi, Rusman mengingatkan pemerintah agar tetap menjaga pasokan daging sapi agar tidak melonjak menjelang bulan puasa dan Lebaran. “Daging harus diperbanyak untuk Lebaran. Karena itu, pasokan harus dijamin. Kalau harga sampai Rp 100 ribu bisa repot,” tuturnya.
ADITYA BUDIMAN | ROSALINA