TEMPO Interaktif, Jakarta - Kementerian Kehutanan kembali menerima hibah dana rehabilitasi hutan, kali ini dari Bank Dunia, sebesar US$ 3,6 juta. Hibah tersebut diberikan melalui program Forest Carbon Partnership Facility (FCPF) yang diluncurkan hari ini, Kamis, 23 Juni 2011.
Tachrir Fatoni, Kepala Unit Penelitian dan Pembangunan Kementerian Kehutanan, mengakui jumlah dana itu tidak besar. "Tapi, itu mencerminkan kepercayaan internasional pada Indonesia," katanya hari ini dalam peluncuran FCPF.
FCPF merupakan pengumpulan dana lintas donor yang dikelola Bank Dunia. Para pemberi dana adalah Agence Française de Développement (lembaga kerja sama dan bantuan Prancis), Australia, Denmark, Jepang, Belanda, Norwegia, Spanyol, Swiss, Inggris, dan Amerika Serikat. Program ini akan mengupayakan dana pinjaman lunak untuk investasi di bidang infrastruktur perlindungan hutan, kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan skema Reducing Emission from Deforestation and Forest Degradation, dan upaya penyerapan karbon hutan.
Melalui pemberian hibah ini, Kepala Perwakilan Bank Dunia di Indonesia Stefan Koeberle berusaha meyakinkan pemerintah bahwa Indonesia dapat tetap mencapai target pertumbuhan ekonomi mendekati 6,4 persen tahun ini meski menjalankan program REDD. "Sebab, masalah pembalakan hutan adalah kendala perekonomian Indonesia," kata Koeberle dalam kesempatan yang sama. Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan menyambut bantuan tersebut. Ia menyatakan hal serupa dengan Tachrir. "Kepercayaan bagi kami nilainya lebih dari US$ 3 juta," ujarnya.
Sebelumnya, Indonesia sudah pernah memperoleh janji bantuan rehabilitasi hutan US$ 1 miliar dari Norwegia. Target penurunan emisinya 26 persen hingga tahun 2020. Tahap pertama pemberian bantuan tersebut sebesar US$ 30 juta sudah diberikan akhir tahun lalu.
ATMI PERTIWI