TEMPO Interaktif, Brussel - Uni Eropa mendukung penuh keputusan Prancis yang mendesak adanya database pangan dunia. Proposal yang diusung Prancis sebagai ketua kelompok G-20 tahun ini akan diadopsi sebagai bentuk uji coba penggunaan database stok kebutuhan pangan tersebut.
Hal itu menanggapi dorongan Presiden Prancis Nicolas Sarkozy pekan lalu yang menyerukan kelompok G-20 yang terdiri atas negara-negara industrial dan negara berkembang dapat berbagi database harga komoditas pangan untuk membantu mengontrol volatilitas pasar dan identifikasi adanya spekulan komoditas. Hal tersebut perlu dilakukan mengingat akses terhadap pangan di beberapa daerah bakal semakin genting di masa-masa mendatang.
Dengan begitu, pasar juga akan diatur semakin ketat untuk mencegah kekurangan pangan secara masif. Transparansi basis data pangan dunia ini sangat penting mengingat tingginya tingkat spekulasi dalam bursa komoditas, sehingga membuat harga pangan terus membubung.
Sarkozy juga menyatakan sentralisasi data transaksi di bursa berjangka itu untuk mendorong keamanan pangan dan kestabilan pasar dengan memotong ketidakpastian dari spekulasi yang berlebih di pasar. Organisasi Pangan dan Pertanian dari Persatuan Bangsa Bangsa nantinya dapat mengumpulkan data dari berbagai bursa komoditas.
Lebih jauh, Konsuler Pers Uni Eropa untuk Pertanian dan Kelautan, Xavier Pavard, menyatakan Uni Eropa akan jadi semacam laboratorium yang mempersiapkan basis data pangan agar nantinya bisa diterapkan di dunia. Tujuannya agar database ini dapat diakses seluruh pihak nantinya dengan mudah.
Selama ini, ada beberapa metode untuk mengetahui data stok gandum yang digunakan tiap negara. Nah, Uni Eropa berencana menggunakan metode yang sama untuk mengetahui stok gandum di negara anggotanya terlebih dahulu, dan diujicobakan ke 27 negara anggotanya, baru kemudian dibawa ke level dunia. “Tapi, ini tergantung pada proposal yang diusung komisi Uni Eropa,” katanya, Selasa siang, 21 Juni 2011.
Secara umum Uni Eropa menilai keberadaan data stok pangan ini sangat penting karena keberadaan data yang ada selama ini sangat jauh dari cukup. Sayangnya, ia tidak secara eksplisit menyebutkan kapan uji coba penerapan basis data pangan tersebut dilakukan. “Dalam bulan-bulan yang akan datang,” ucap Xavier.
Seluruh komoditas pangan akan dibuat basis datanya, seperti gandum, beras, gula, minyak sawit, dan lain-lain. Khusus untuk komoditas gandum akan diprioritaskan karena tingkat urgensinya yang tinggi dikonsumsi oleh manusia dan hewan.
R. R. ARIYANI