TEMPO Interaktif, Jakarta - Pemerintah akan mengarahkan importir sapi Australia untuk mengambil persediaan sapi potong dari peternak lokal di sejumlah daerah. Hal ini untuk menghindari turunnya harga sapi di tingkat peternak, sekaligus menjaga kestabilan harga sapi dan daging di pasar.
"Selama ini para peternak lokal menjerit lantaran harga rendah akibat salah dalam tata niaga distribusinya. Ada juga permainan pedagang sehingga harga peternak turun," kata Menteri Pertanian Suswono dalam rapat kerja dengan Komisi Pertanian DPR, di Jakarta, Kamis, 9 Juni 2011.
Dia menilai keputusan Australia menghentikan ekspor sapi ke Indonesia terlalu gegabah. Namun, pemerintah belum akan menaikkan impor daging beku untuk mengisi kebutuhan dalam negeri. Suswono menjamin sapi lokal mampu memenuhi kebutuhan puasa dan Lebaran.
Pemerintah Australia menghentikan sementara ekspor sapi potong ke Indonesia sejak Rabu lalu. Menteri Pertanian Australia Joe Ludwig mengatakan perdagangan tidak bakal dilanjutkan sampai negeri itu yakin Indonesia menjamin kesejahteraan hewan yang akan disembelih.
Sejak penayangan video penganiayaan sapi di sejumlah rumah jagal di Indonesia, pemerintah Partai Buruh mendapat tekanan publik untuk menangguhkan perdagangan sapinya. Australia mengekspor sekitar 500 ribu ekor sapi per tahun ke Indonesia senilai Aus$ 320 juta (Rp 2,94 triliun).
Anggota Komisi Pertanian, Viva Yoga Mauladi, mendesak kementerian menghentikan impor daging sapi dari Australia selamanya. "Penghentian impor sapi Australia jangan hanya enam bulan, tapi selamanya," kata politikus dari Fraksi Partai Amanat Nasional itu.
Direktorat Jenderal Peternakan disarankan untuk menaikkan anggaran pada tahun depan sebesar Rp 350 miliar dari Rp 2,5 triliun. Anggaran ekstra ini untuk membangun pusat karantina di pulau terpencil, seperti Simeulue (Aceh), Nias (Sumatera Utara), dan Karimunjawa (Jawa Tengah).
Anggota komisi, Siswono Yudho Husodo, menyebutkan Indonesia membutuhkan lahan 10 ribu hektare. Satu karantina berbiaya Rp 4 juta per hektare, yang dapat menampung 80 ribu ekor. Ia mengusulkan Indonesia cukup mengimpor sapi betina dari India sebagai bakalan untuk dikirim ke pusat karantina.
Harga sapi dari India itu 60 persen lebih murah ketimbang sapi bakalan asal Australia. Dalam hitungan Siswono, Indonesia harus mengimpor 1 juta sapi betina produktif dalam setahun. “Sehingga dalam tiga tahun Indonesia bakal sukses mencapai swasembada daging,” ujarnya.
Direktur Jenderal Peternakan Prabowo Respatiyo menjelaskan bahwa kantornya pernah berniat membuat karantina di Pulau Bulan, Kepulauan Riau. Namun, rencana itu batal karena tak sesuai undang-undang. Tujuan pembuatan karantina hanya di tempat seleksi hewan impor dari negara yang belum bebas penyakit.
Sementara itu, Indonesia tak dapat mengimpor hewan dari negara, seperti India, yang belum bebas penyakit mulut dan kuku. Lagi pula selama ini impor Indonesia berdasarkan atas negara bukan wilayah (zone based). "Kami masih minta kepada dewan agar mengubahnya menjadi zone-based," kata Prabowo.
ROSALINA | ATMI PERTIWI | BOBBY CHANDRA