Pernyataan itu menyusul hasil koordinasi bersama asosiasi-asosiasi yang tergabung dalam Forum Industri Pengguna Gas Bumi dua hari lalu. Dalam koordinasi itu tercatat ada 326 pabrik dari 22 sektor industri yang saat ini membutuhkan kepastian pasokan gas. “Pabrik-pabrik tadi tersebar di 15 provinsi dengan kebutuhan 2.798—3.283 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) hingga 2015,” kata Franky, kemarin.
Kalangan industri telah menyampaikan keluhan itu tapi pemerintah belum juga menanggapinya. Sebaliknya, menurut dia, pemerintah malah terkesan memprioritaskan ekspor gas ke Jepang. "Padahal industri dalam negeri sudah 3 tahun ini berjuang, belum mendapatkan kejelasan,” ucapnya.
Selain itu ia juga mendesak pemerintah untuk lebih perhatian pada rencana pembangunan infrastruktur terminal penerima gas alam cair. Infrastruktur itu diyakini sebagai salah satu solusi mengatasi kekurangan sumber energi dan bahan baku gas dari industri nasional.
Sebelumnya, Kepala Divisi Humas Badan Pelaksana Hulu Minyak dan Gas (BP Migas), Gde Pradyana mengakui kebutuhan gas domestik saat ini, terutama untuk sektor industri terus meningkat. Sepanjang tahun lalu konsumsi gas domestik bahkan mencapai angka 50 persen dari total produksi gas dalam negeri, baik yang berupa gas pipa maupun LNG.
Mengenai pasokan gas industri, tahun ini BP Migas mematok jatah gas untuk industri sebesar 1.690,43 MMSCFD, naik dari pasokan gas tahun lalu yang sebesar 1.203,18 MMSCFD. Sementara, kontrak pasokan gas bumi untuk domestik pada tahun 2011 mencapai 56,78 persen dari total kontrak atau sekitar 4.366 miliar MMSCFD. Sisanya, sebesar 3.322 MMSCFD atau 43,22 persen diperuntukkan untuk ekspor.
AGUNG SEDAYU