Clive Pendiri dan Ketua Dewan International Service for the Acquisition of Agri-biotech Aplications (ISAAA), yang aktif mengkampanyekan golden rice ke seluruh negara. Adapun penemu genetika golden rice adalah lembaga penelitian padi internasional (IRRI) di Los Banos, Philipina.
Padi hasil rekayasa genetika (biotek) itu, masih berupa gen yang akan dikombinasikan dengan varietas tanaman padi tahan hama wereng dan tahan kemarau. Menurut Clive, penemu genetika golden rice telah mendonasikan varietas tanaman padi terbaru itu kepada seluruh petani di Indonesia.
Tampak fisik golden rice berwarna kuning, memiliki kandungan vitamin A setara dengan daging. "Aman dikonsumsi," katanya. Apalagi golden rice lebih dulu diteliti oleh komisi keamanan hayati produk genetika.
Beberapa keunggulan golden rice antara lain, perbaikan produktivitas dan penghasilan di mana keuntungan pertanian secara global mencapai US$ 65 miliar selama periode 1996-2009. Selain itu biodiversitas atau penyelamatan hutan tercipta karena mengurangi kebutuhan input eksternal yang mampu menghemat 393 juta kilogram pestisida.
Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamukthi, mengatakan sikap pemerintah jelas menyambut baik golden rice. "Sejak revolusi hijau, belum ada teknologi terbaru di bidang pertanian kecuali ini (golden rice)," katanya.
Toh, kata Bayu, 80- 90 persen kedelai yang diimpor Indones merupakan hasil genetika. Bahkan, Eropa yang selama ini menentang hasil genetika pertanian mulai mengembangkan tanaman pertanian hasil genetika. "Cina bahkan sudah hampir 100 persen mengembangkan tanaman genetika," katanya.
Hanya saja, golden rice jangan hanya tergantung kepada beberapa perusahaan dan negara saja. Sehingga perlu keamanan dan perlindungan kepada petani dan perusahaan untuk menghindari pemalsuan bibit.
Sistim golden rice harus dibangun dengan baik. Tujuan utamanya, memberikan pendidikan, dan mensosialisasikan kepada masyarakat. "Yang terpenting harus ada sertifikat keamanan untuk konsumsi manusia," katanya.
HAMLUDDIN