TEMPO Interaktif, NEW YORK – Harga minyak mentah merosot ke titik terendah dalam dua tahun terakhir pada perdagangan Kamis (10.3). Pedagang bursa energi menyoroti pertumbuhan ekomoni global yang buruk. Ditandai dengan potensi hutang yang melilit kawasan Eropa dan angka perdagangan yang mengecewakan untuk Amerika Serikat (AS) dan Cina.
Pertumbuhan ekonomi negatif ini mengalahkan kekhawatiran pasar akan berkurangnya pasokan minyak mentah akibat krisis politik yang terjadi di Libya. Krisis hutang Eropa ditakutkan akan menjalar setelah Yunani dan Irlandia jatuh. Spanyol juga terlilit hutang yang sangat tinggi.
Minyak mentah light sweet di perdagangan New York untuk pengiriman April dijual US$ 102,70 per barel. Sementara minyak mentah Brent jatuh 51 sen menjadi US$ 115,43 per barel di perdagangan London.
Sementara itu laporan neraca keuangan dua Negara kekuatan ekonomi dunia, AS dan Cina, mengecewakan pasar. Perdagangan AS mengalami defisit dalam tujuh bulan terakhir dan Cina juga mencatat defisit perdagangan untuk Februari dan pertumbuhan ekspor yang sangat lambat. Kondisi ini masih ditambah dengan pasokan minyak Libya yang secara signifikan telah berkurang menjadi 500 ribu barel per hari, dari 1,6 juta barel per hari sebelum terjadi krisis.
Kemungkinan gelombang protes di Arab Saudi pada Jumat juga membuat pedagang bursa energi bersiap pada kemungkinan terburuk. Analis memperkirakan harga minyak mentah dapat melambung hingga US$ 120 per barel. Sebagai eksportir minyak terbesar di dunia, Arab Saudi menjadi kunci pasokan minyak global.
AFP/ DWITA ANGGIARIA