TEMPO Interaktif, Jakarta - Selama Januari tahun ini, Perum Bulog sudah menggelontorkan 60 ribu beras kualitas medium melalui Operasi Pasar. Operasi Pasar akan terus dilakukan hingga harga beras turun mendekati normal.
Menurut Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso, beras OP selama Januari diutamakan untuk daerah seperti Jakarta, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, dan Bandung.
Bulog tak pernah membatasi banyaknya beras yang digelontorkan saat OP. "Pokoknya kami terus lakukan OP sampai harga mendekati HPP (Harga Pembelian Pemerintah) sesuai Inpres nomor 7 tahun 2009 dan masyarakat masih butuh," katanya saat ditemui usai Rakor Ketahanan Pangan, di kantor Kemenko Perekonomian, hari ini (2/2).
Saat ini, cadangan beras pemerintah di gudang Bulog masih sebanyak 400 ribu ton, dan akan dikeluarkan untuk melakukan OP atau saat terjadi bencana di daerah. Sutarto menambahkan, saat ini Bulog tengah mengusulkan agar harga beras OP diturunkan dari sekitar Rp 5.600-5.700 per kilogram menjadi sekitar Rp 5.400-5.500 per kilogram.
"OP sudah saya minta untuk diturunkan. Kami usulkan di Jawa harganya Rp 5.400 dan di luar Pulau Jawa Rp 5.500 untuk beras medium," katanya.
Namun dia membantah salah strategi yang dilakukan Bulog dalam OP sehingga kenaikan harga beras menyumbang inflasi. "Bulog melakukan OP melalui 2 cara, dengan truk yang bergerak ke titik-titik pembeli dan juga melalui jaringan yang sudah ada sampai ke retail," tuturnya.
Sebelumnya, Kepala BPS, Rusman Heriawan memperkirakan terjadi kesalahan saat Bulog melakukan operasi pasar. Seharusnya Bulog menggelar operasi pasar lebih dekat ke konsumen bukan ke pasar.
Sehingga membuat beras lebih banyak diserap pedagang, bukan pembeli. Akibatnya, harga beras di pasar induk masih tinggi. Kenaikan ini berpotensi berhenti pada Februari. Penyebabnya, panen raya beras akan terjadi dalam hingga tiga bulan ke depan.
ROSALINA