Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan Indonesia tidak perlu memandang India maupun China sebagai ancaman, melainkan harus dianggap sebagai mitra bagi kepentingan ekonomi Indonesia.

Dalam konferensi pers di Hotel Radisson Blu kompleks Bandara Internasional Zurich sebelum bertolak kembali ke Tanah Air, Sabtu sore, Presiden menjelaskan hasil kunjungan kerja ke India dan Swiss pada 24-29 Januari 2011.

"Kita tidak boleh persepsikan India dan Tiongkok sebagai ancaman, bisa saja kita bersaing untuk hal-hal tertentu, tapi harus bermitra untuk kepentingan kita," ujarnya.

Apabila Indonesia bisa meningkatkan ekspor ke India yang berpenduduk 1,2 miliar jiwa dengan pasar yang semakin kuat dan besar, jelas Presiden, maka industri dalam negeri akan semakin meningkat yang selanjutnya pasti menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan.

"Itu manfaatnya nyata kita rasakan. Itu mata rantai dari kemampuan kita untuk memasarkan lebih banyak lagi ke India maupun ke Tiongkok. Demikian juga dengan investasi," ujarnya, menegaskan.

Pada kunjungan kerja Presiden Yudhoyono ke India dilakukan penandatanganan 18 nota kesepahaman antara perusahaan Indonesia dan India senilai 15,12 miliar dolar AS.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pemerintah Indonesia dan India juga melakukan penandatanganan kerja sama 11 nota kesepahaman di berbagai bidang sebagai implementasi dari kemitraan strategis komprehensif yang disepakati kedua negara pada 2005.

Menurut Presiden, kemitraan strategis tersebut jangan hanya dilihat dari sisi investasi dan kerja sama ekonomi, tetapi juga agar kedua negara dapat saling belajar dan bertukar pengalaman untuk kemajuan masing-masing negara.

Untuk lebih meningkatkan kerja sama ekonomi India-Indonesia, kata Presiden, akan diselenggarakkan "CEO Summit" yang dihadiri oleh dunia usaha kedua negara, guna mengidentifikasi peluang bisnis yang bisa dimanfaatkan.

WDA | ANT