Ito menilai, saham yang tidur alias tak aktif diperdagangkan menjadi salah satu tantangan di pasar bursa. Saham tidur ini kebanyakan berasal dari perusahaan dengan ukuran menengah kecil.
Penambahan porsi saham publik dapat dilakukan dengan cara right issue atau penawaran saham terbatas. "Kami berharap mereka melakukan right issue agar likuiditasnya bertambah," kata Ito. Dengan right issue, volume saham yang diperdagangkan akan bertambah sehingga mampu membangkitkan perdagangan saham perusahaan itu.
Saat ini rata-rata porsi saham publik yang dijual oleh perusahaan menengah kecil masih kurang dari 30 persen. "Banyak mispersepsi di kalangan manajemen, bahwa jika perusahaan kecil maka pengendali harus memegang kepemilikan besar," kata Ito. Padahal untuk menjadi mayoritas pengendali, saham yang harus dimiliki hanya 51 persen.
Dia mencontohkan bahwa di luar negeri pemegang saham terbesar hanya memiliki 10 persen saham dan tetap menjadi pengendali. Penjualan lebih banyak saham akan menguntungkan perusahaan karena mendapatkan tambahan dana untuk melakukan ekspansi. "Ekspansi membuat perusahaan makin besar," kata Ito.
Selain itu, Otoritas juga meminta Pemeringkat Efek Indonesia untuk menulis laporan mengenai perusahaan-perusahaan menengah kecil itu. Pasalnya, perusahaan kecil kerapkali tak diperhatikan oleh analis pasar modal. Tanpa perhatian analis, perhatian investor kepada saham ini pun kecil.
FAMEGA SYAVIRA