Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) Kediri Subur Santoso mengatakan, kelangkaan BBM yang terjadi sejak tiga hari terakhir telah memukul para pengusaha angkutan umum. Beberapa armada terpaksa berhenti beroperasi karena tidak kebagian premium di Stasiun Pengisian Bahan bakar Umum (SPBU). “Kami banyak menerima keluhan sopir,” kata Subur kepada Tempo, Kamis (18/11).
Sejumlah armada, menurut Subur, terpaksa masuk kembali ke garasi setelah antri berjam-jam di SPBU. Mereka memilih berhenti karena tak kunjung mendapatkan BBM hingga siang hari. Kondisi ini paling banyak mendera angkutan umum dalam kota yang melayani pelajar dan pekerja PT Gudang Garam.
Saat ini terdapat 60 armada dengan lima trayek angkutan di Kota Kediri. Dalam sehari Subur mengaku menerima laporan berhentinya belasan armada akibat kelangkaan BBM. Kondisi ini menurut Subur semakin memperburuk usaha transportasi yang berdampak pada kehidupan pengusaha dan sopir. “Semuanya kena akibat krisis ini,” ujarnya.
Sebelumnya, jumlah armada yang gulung tikar di Kota Kediri cukup banyak. Sedikitnya tiga trayek angkutan saat ini telah ditutup dengan alasan sepi penumpang. Padahal pemilik angkutan tidak pernah menaikkan tarif Rp 2.000 per orang.
Dawam Mimbar, 70 tahun, salah seorang pemilik angkutan kota memilih mengandangkan tiga unit armadanya ke garasi. Sejak pagi tadi sopir yang dipercaya mengemudikan angkutannya mengaku tak dapat premium. “Mau jalan bagaimana,” ucapnya.
Dia berharap Pertamina segera memulihkan kondisi ini untuk menjaga kelangsungan usahanya. Jika dibiarkan berlarut-larut, dia khawatir akan banyak pemilik angkutan yang gulung tikar. Apalagi saat ini harga premium di tingkat pengecer sudah mencapai Rp 8.000 per botol. “Tarif lama saja masih sepi, apalagi dinaikkan,” tuturnya. HARI TRI WASONO.