Yuni, petugas SPBU di Kelurahan Mrican, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri mengatakan, sejak pemberlakuan pembatasan BBM bersubsidi tanggal 15 November oleh Pertamina, operasional di tempat kerjanya menjadi terganggu. Saat ini pasokan BBM ke tempat itu hanya dua ton dari pasokan normal sebesar empat ton.
Akibat pengurangan pasokan tersebut, SPBU terbesar di Jalan Gatot Subroto Kediri ini didera antrean panjang kendaraan. Bahkan deretan kendaraan roda empat mencapai 100 meter hingga keluar lokasi SPBU. “Kalau setiap hari begini kasihan pembeli,” kata Yuni kepada Tempo di sela-sela melayani penjualan, Kamis (18/11).
Menurut dia, pasokan yang dikirim dari Depo Pertamina Surabaya ini langsung ludes dalam waktu singkat. Bahkan 16 ton premium habis hanya dalam tempo satu jam di SPBU tersebut. Praktis operasional SPBU tersebut hanya berlangsung dua jam begitu menerima pasokan dari truk tangki Pertamina.
Untuk memenuhi kebutuhan pemilik kendaraan, SPBU tersebut tidak lagi melayani pedagang bensin eceran. Begitu mengetahui kedatangan sepeda motor membawa jirigen, petugas langsung meminta mereka kembali. “Mulai hari ini tidak boleh melayani jirigen,” kata Yuni.
Kekosongan BBM serupa juga terjadi di hampir seluruh SPBU di Kota Kediri. Sejumlah SPBU besar seperti Jalan Joyoboyo, Jalan Mayor Bismo, Jalan Dr Saharjo, Kelurahan Tamanan, dan Ngadisimo terpaksa menutup rapat-rapat pagar mereka. Sebuah papan bertuliskan “Premium Habis” terpasang sejak dua hari lalu.
Kondisi ini dimanfaatkan para pedagang bensin eceran di pinggir jalan. Mereka seenaknya menaikkan harga jual dari Rp 5.000 menjadi 8.000 per liter. Meski sangat mahal, keberadaan mereka juga diserbu pemilik kendaraan roda dua. Sebab jumlah pedagang bensin eceran tiba-tiba turut lenyap seiring pembatasan penjualan kepada mereka di SPBU. “Nyarinya kan susah, jadi wajar kalau naik,” tukas Aminudin, penjual bensin eceran di kawasan Pasar Pahing enteng.
HARI TRI WASONO