Namun Kepala BPS Rusman Heriawan menyatakan, tingkat inflasi yang rendah ini masih mendorong inflasi kumulatif tahunan menjadi 5,35 persen atau berada di atas target yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional Perubahan (APBNP) 2010 sebesar 5,3 persen. Menurut dia, kecil kemungkinan tingkat inflasi hingga akhir tahun berada di bawah target tersebut.
"Kalau tidak ada keajaiban deflasi dalam dua bulan terakhir 2010 maka bisa dikatakan sulit mencapai target," ujar Rusman, hari ini.
Dia mengatakan, data bulan November dan Desember dalam dua tahun terakhir memperlihatkan terjadinya inflasi pada tingkat rendah. Karenanya, inflasi tahun ini diharapkan tak akan melewati angka 6 persen. "Masih ada ruang 0,65 persen," katanya.
Inflasi sebesar 0,06 persen sedikit meleset dari perkiraan BPS sebelumnya yang berharap terjadinya deflasi tipis sepanjang Oktober 2010. Menurut dia, pasca lebaran seharusnya terjadi penurunan harga untuk berbagai komoditas. Namun, komoditas beras mengalami kenaikan sebesar 0,75 persen sehingga menyumbang inflasi sebesar 0,04 persen. "Jika harga beras turun sedikit saja dari bulan September maka bisa terjadi deflasi."
Penyumbang inflasi lainnya adalah kenaikan harga emas sehingga menyumbang inflasi sebesar 0,13 persen. Hal ini, kata dia, disebabkan karena peningkatan aktivitas perdagangan emas pasca lebaran. Bawang merah yang mengalami kenaikan harga sebesar 26 persen juga ikut menyumbang inflasi sebesar 0,10 persen.
Selain tertekan oleh kenaikan harga beras, inflasi sepanjang Oktober terjadi akibat kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks ada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau masing-masing sebesar 0,48 persen. Kelomok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar mengalami kenaikan sebesar 0,36 persen.
Komponen inti pada bulan Oktober mengalami inflasi sebesar 0,36 persen, laju inflasi komponen inti tahun kalender adalah sebesar 3,58 persen dan laju inflasi komponen inti year on year sebesar 4,19 persen.
ANTON WILLIAM