Kedua perusahaan sama-sama belum mengakui pihak yang paling bertanggung jawab terhadap kejadian tersebut. Dalam konferensi pers yang digelar mendadak di Bandara Soekarno-Hatta, Sabtu (7/8) sore, keduanya masih mencari penyebab padamnya listrik yang dipicu oleh kedipan (intrap) selama 1,7 detik itu.
Pada Jumat lalu, sekitar pukul 04.02 dini hari, lampu di Mean Power Station (MPS) Bandara Soekarno-Hatta berkedip selama 1,7 detik. Kedipan sesaat di stasiun listrik bandara itu diikuti dengan padamnya listrik, yang menyuplai seluruh kegiatan bandara terbesar di Indonesia itu.
Meski ratusan petugas dikerahkan untuk membantu, penumpukan penumpang di Terminal I tidak bisa dihindari. Antrean penumpang mengular hingga 1 kilometer. Sedikitnya, 50 jadwal penerbangan tujuan dalam dan luar negeri mengalami penundaan. Maskapai penerbangan mengklaim merugi hingga miliaran rupiah.
Menurut Direktur Utama Angkasa Pura II, Tri S Sunoto, Angkasa Pura dan PLN masih melakukan serangkaian investigasi. Ia memprediksikan proses penyelidikan bakal memakan waktu satu sampai dua hari. “Akan dilakukan audit khusus untuk meneliti penyebabnya," ujar Tri.
Selain melakukan audit terkait gangguan listrik tersebut, PLN dan Angkasa Pura juga akan melakukan audit secara umum terhadap masalah kelistrikan di bandara. "Kami akan duduk bersama untuk menyelesaikan secara sinergi masalah kelistrikan," tutur Tri.
Kesepakatan tersebut merupakan hasil rapat bersama antara PT Angkasa Pura II dan Menteri Badan Usaha Milik Negara Mustafa Abubakar kemarin. Dalam rapat itu, menurut Tri, Kementerian BUMN, meminta agar masalah kelistrikan diselesaikan secara serius dan cepat.
Sebab, hal tersebut menyangkut pelayanan umum dan hajat hidup orang banyak.
Angkasa Pura berjanji peristiwa gangguan listrik di bandara tidak akan kembali terjadi. "Hal-hal seperti ini tidak akan terjadi lagi. Tentu dengan upaya-upaya yang akan kita lakukan," katanya.
JONIANSYAH