Direktur PLN Dahlan Iskan, mengatakan kontrak jual beli listrik sampah akan dilakukan pekan ini. "Kontrak pertama berlaku untuk tujuh tahun kedepan," kata Dahlan, saat melakukan kunjungan kerja ke tempat pengelolaan sampah terpadu (TPST) Bantar Gebang, Kota Bekasi, Jawa Barat, hari ini.
Setelah tujuh tahun, Dahlan melanjutkan, kontrak jual beli listrik sampah direvisi. Nilai pembelian pada tahun kedepan turun menjadi Rp 750 per kWh.
Kontrak pertama selama tujuh tahun lebih murah karena PLN memberikan kesempatan kepada pengelola listrik sampah mengembalikan investasi dan pinjaman ke Bank.
Sehingga, setelah tujuh tahun PT Godang Tua Jaya dan PT Navigat Organic Energy, sudah bisa menikmati keuntungan dari investasi tersebut.
Diakui Dahlan, nilai beli listrik sampah itu lebih besar ketimbang harga jual listrik ke masyarakat hanya sekitar Rp 670 per kWH.
Namun, kerugian dari selisih harga beli dan nilai jual itu disubsidi pemerintah.
Menurut Dahlan, tempat pengelolaan sampah terpadu (TPST) Bantar Gebang, sebenarnya tidak didesain untuk listrik tetapi untuk menyelesaikan masalah lingkungan.
Dalam perkembangannya, tumpukan sampah yang telah mencapai 10 juta meter kubik itu, gas metannya dapat diolah menjadi listrik laik guna.
Sekalipun kapasitasnya kecil hanya 2 megawatt (MW) dari total target produksi 26 MW, menurut Dahlan, proyek itu sangat penting. Selain menyelesaikan persoalan lingkungan seperti mengurangi emisi gas rumah kaca, juga berdaya guna bagi masyarakat.
Menteri Energy dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dawin Zahedy Saleh, memberi apresiasi kepada pengelola listrik sampah. Menurutnya, dampak eksternal yang ditimbulkan kepada masyarakat tidak bisa dinilai dengan uang. "Jadi sampah dikonversi menjadi energi," kata Darmin, dalam sambutannya pada acara yang sama.
Menurut dia, proyek listrik sampah Bantar Gebang pantas ditularkan ke kota-kota besar lainnya. Seperti, Surabaya, Medan, dan juga Bandung, yang selama ini bermasalah dengan sampah.
"Ke depan, energi yang dihasilkan dari sektor non fosil seperti sampah menjadi listrik ini yang akan kita kembangkan," katanya.
Direktur PT Godang Tua Jaya Rekson Sitorus, mengatakan pembangunan infrastruktur listrik sampah Bantar Gebang, sebagian sudah dikerjakan. Seperti, sumur gas di zona II sebanyak 62 sumur, di zona III ada 37 sumur gas, dan zona I baru empat sumur gas dari total sumur yang akan dibuka sekitar 110 sumur.
Selanjutnya, kata Rekson, pihaknya akan membuka sumur gas di zona III, enclave, zona empat dan zona lima. Gas metan yang disedot dari sumur-sumur itu, disalurkan ke mesin pembangkit untuk diolah menjadi listrik.
"Mesin yang sudah terpasang ada dua, masing-masing kapasitas 1 MW. Dua mesin lagi dengan kapasitas yang sama tertahan di pelabuhan Tanjung Priok, segera kami ambil untuk menambah kapasitas produksi listrik," kata Rekson.
HAMLUDDIN