Selain sektor industri manufaktur, sektor minyak dan gas (migas) dan kehutanan juga mengalami penurunan. Namun share industri manufaktur secara umum tidak banyak perubahan. Jika pada 2005 share industri manufaktur sekitar 22,42 persen maka pada 2009 lalu share industri manufaktur sekitar 22,57 persen. Sedangkan sektor industri lain seperti makanan minuman, alat angkut, kimia dan kertas tetap tumbuh.
Pertumbuhan industri selama 2010 mencapai 4,65 persen namun dengan kenaikan tarif dasar listrik diperkirakan akan menekan pertumbuhan industri sebesar 0,67 persen untuk industri besar dan menengah. Tetapi dengan kondisi saat ini di mana kondisi demand sedang tinggi, menurut Dedy secara otomatis suplai bisa naik.
Sektor industri yang menunjukkan kinerja yang cukup baik sampai semester pertama 2010 adalah sektor makanan, minuman, dan tembakau. Industri ini mencatat omset penjualan sampai Rp 94,6 triliun sampai semester kedua tahun ini. Berikutnya sektor alat angkut mesin dan peralatan mencapai Rp 171,9 triliun. Sedangkan industri pupuk kimia dan barang karet mencatat omset sebesar Rp 34,15 triliun.
Sebelumnya Menteri Perindustrian MS. Hidayat mengatakan sejak lima tahun terakhir terjadi kecenderungan penurunan pertumbuhan industri secara umum. "Ada declining rate," katanya. Kondisi ini diperparah dengan perjanjian perdagangan bebas ASEAN-Cina yang diberlakukan awal tahun ini setelah ditandatangani sejak 2004. Padahal sebelum 2004 pertumbuhan industri nasional jauh melampaui tingkat pertumbuhan ekonomi.
Namun kecenderungan ini mulai berubah. Selama kuartal pertama 2010 pertumbuhan industri non migas meningkat 4,05 dari sebelumnya hanya 1,8 persen. Pada kuartal kedua ini diharapkan pertumbuhannya bisa mendekati lima persen. "Kalau dulu pertumbuhan industri bisa sampai 14 persen, tugas saya dalam lima tahun ini mengangkat kembali paling tidak melampaui tujuh persen," katanya.
KARTIKA CANDRA