“Jelas, jika mereka bekerja sama, pasar tertutup untuk pelaku lainnya. Enggak ada lagi (perusahaan CDMA lain) yang bisa masuk karena dua pelaku usahanya yang terbesar sudah bersatu,” kata Akhmad saat dihubungi Tempo, Rabu (9/6).
Monopoli pasar seluler berbasis CDMA, kata Akhmad, sangat mungkin terjadi. “Karena tidak akan ada lagi persaingan di pasar CDMA. Saya melihat persaingan tidak seru, karena tanpa berbuat apa pun, mereka bisa mendikte pasar,” ujar dia.
Sebelumnya, Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Mustafa Abubakar mengatakan, pihaknya menerima surat dari Telkom mengenai usulan sinergi antara Flexi dengan Esia. “Kami menyambut positif,” kata dia, Senin lalu.
Menurut Mustafa, rencana sinergi Telkom-Esia masih dalam tahap negosiasi. Namun, ia belum tahu pasti bentuk kerjasama itu. “Tidak harus ada perusahaan baru, tapi bisa mengambil bentuk joint operation. Tapi kemungkinan akan ada merger,” ujar Mustafa.
Proses merger dua perusahaan, kata Akhmad, sebenarnya tak mudah dilakukan. “Tapi sesuatu yang semula enggak mudah bisa jadi mudah kalau sudah menguasai pasar. Saya tidak melihat ada kesulitan di sini baik bagi Esia maupun Flexi untuk menguasai pasar,” ujarnya.
Baca Juga:
Jika sinergi jadi dilakukan, apapun bentuknya, tentu bakal membawa dampak positif, tak hanya bagi Telkom, ataupun bagi Bakrie Telecom (B-Tel). Keduanya punya tugas yang tidak mudah, yakni membangun citra, karena jika merger, mereka akan menciptakan merek baru.
Esia memiliki nilai plus sebagai merek seluler CDMA yang memiliki pasar terbesar. Sementara Telkom Flexi, memiliki ‘kekuatan’ lain karena ia ada di bawah perusahaan pelat merah. Jika terjadi merger akan bagus bagi Esia karena bisa bergabung dengan perusahaan BUMN.
Sedangkan Flexy diuntungkan karena bisa mendapatkan porsi pasar Esia yang sudah ada selama ini. "Kalau saya yang punya Flexi, tentu ingin merger dengan Esia. Begitu pun kalau saya punya Esia. Sebagai pelaku usaha, tentunya ingin ‘menikah’ dengan yang bagus, kan? Mereka bisa saling berbagi kartu truf yang belum dikeluarkan,” tutur Ahmad.
ISMA SAVITRI