Dia menyebut hal itu dikarenakan industri kreatif mulai berkembang pesat di Surakarta dan diyakini bisa bersaing dengan produk-produk dari Cina.
“Tahun ini ada bantuan perkuatan permodalan sebesar Rp 1 miliar. Nantinya industri kreatif akan mendapat prioritas dibanding usaha lainnya,” ujarnya, kepada wartawan di sela acara Srawung Batik, Minggu (14/2). Selain batik, industri kreatif yang banyak terdapat di Surakarta adalah kerajinan atau handicraft.
Besarnya modal yang dipinjamkan secara bergulir maksimal Rp 5 juta per orang. Syarat utamanya adalah penduduk Surakarta, legalitas domisili dan usaha dari perangkat kelurahan setempat, dan usahanya sudah berjalan. “Nanti akan kami survei dan seleksi,” tuturnya. Bunga pinjaman yang dibebankan hanya enam persen per tahun dan tanpa agunan untuk peminjaman.
Selain perkuatan permodalan, Febria menerangkan akan terus mendampingi usaha kecil menengah dalam menjaga kualitas produk dan tampilan. Pihaknya juga secara rutin menggelar seminar, baik mandiri ataupun bekerja sama dengan pihak ketiga.
“Seperti srawung batik, yang sudah memasuki tahun kelima,” katanya. Dia juga meminta industri kreatif terus berinovasi agar tidak kalah dengan produk impor.
Saat ini ada sekitar 6.000 pelaku industri kreatif di Surakarta, dimana 220 diantaranya bergerak di bidang industri batik. “Itu yang punya showroom. Kalau yang rumah tangga, saya yakin lebih banyak lagi,” ujarnya.
UKKY PRIMARTANTYO