TEMPO Interaktif, Batam - Meski pemerintah telah menyetujui Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau mengimpor gula, namun harga gula tetap tinggi. Tiga pekan terakhir harga gula mencapai Rp 12.500 per kilogram.
Padahal tujuan mengimpor gula dari Thailand atau Vietnam adalah agar harga gula di daerah ini lebih murah dibanding daerah lain. Sebab jarak tempuh lebih dekat dan biaya transportasi lebih murah dibanding bila didatangkan dari Pulau Jawa. Perbandingannya, bila didatangkan dari Jawa butuh waktu lebih dari tiga hari atau tujuh puluh jam, sedangkan bila gula didatangkan dari Thailnad atau Vietnam tak lebih 24 jam.
"Memang harga gula dunia yang naik," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdangangan Kota Batam Ahmad Hijazi menjawab Tempo, Minggu (24/1). Pihaknya telah bersepakat dengan importir dan distributor gula agar tidak menjual gula di atas Rp.11.000 per kilogram, tapi kenyataannya masyarakat membeli Rp 12.500 per kilogram.
Saat ini, kata Hijazi, Badan Pengusahaan Kawasan Batam yang seharusnya mengevaluasi, sebab sesuai jumlah penduduk, maka harga Rp 11.000 per kilogram itu harga maksimal. Artinya, masyarakat membeli tak lebih dari harga itu.
Sejauh ini belum ada evaluasi soal general cost yang timbul akibat impor gula tersebut. Dikhawatirkan bila tidak ada evaluasi biaya terkait impor gula, selain stok menipis, juga harga bisa naik lagi.
Batam membutuhkan sedikitnya dua ribu ton gula tiap bulan dengan asumsi jumlah penduduk satu juta orang. Sebab bila dihitung dari jumlah rumah tangga, jumlah itu cukup banyak, tapi para pedagangan restoran, pedagang makanan lainnya merupakan konsumen paling banyak mengusumsi gula. "Jadi itu hitungan rata-ratalah," ujar Hijazi.
Saat ini jumlah penduduk Batam versi Pemerintah Kota Batam lebih dari 900 ribu orang, sedangkan versi Badan Pusat Sta tistik belum menpacapai 800 ratus ribu jiwa.
Anggota Badan Pengusahaan Kawasan Batam bidang Pelayanan, I Wayan Subawa belum bisa dihubungi ketika dihubungi Tempo terkait dengan melonjaknya harga gula akhir-akhir ini dari Rp 9.000 per kilogram menjadi Rp 12.500 per kilogram.
Sebelumnya gula sempat hilang di pasaran empat bulan lalu, dan setelah ketersediaan gula cukup, harga naik dari Rp 6.000 per kilogram menjadi Rp 9.500 per kilogram.
Wakil Gubernur Badan Eksekutif Mahasiswa Fakulktas Hukum Universitas Kepulauan Riau Makroef Pane menilai, lonjakan harga gula itu akibat adanya permainan. Ia menilai terlalu banyak birokrasi menyangkut impor gula. "Ada yang cuma jual selembar kertas," kata Makroef kepada Tempo, Minggu (24/1).
Dia menegaskan, untuk menghindari biaya tinggi, maka perlu ada pemangkasan birokrasi tersebut. Ia berharap yang mendapat keuntungan dari bisnis gula benar-benar orang yang bekerja, tidak cuma hanya jual izin.
Rumbadi Dalle