Kondisi itu diperburuk dengan merosotnya nilai rupiah ke level Rp 12 ribu per dolar Amerika Serikat. Cadangan devisa juga ikut menurun drastis. "Saat itu saking likuiditas ketatnya, bank pemerintah, Bank Mandiri, BNI, dan BRI meminta dukungan pemerintah agar dibantu likuiditas untuk berjaga-jaga. Masing-masing bank diberi Rp 5 triliun," ujar Agus di Departemen Keuangan, Senin (14/12).
Dia menilai kondisi perbankan saat itu sangat memprihatinkan. Oleh sebab itu, keputusan Komite Stabilitas Sistem Keuangan menyelamatkan Bank Century lebih didasari upaya untuk mencegah krisis moneter kedua. "Karena krisis moneter kedua (saat itu) sudah di depan mata dan berdampak berat bagi industri perbankan," ucapnya. Namun, dia tak bisa memastikan bagaimana status bantuan likuiditas tersebut saat ini. "Saya tak tahu persis, mungkin sudah dikembalikan," katanya.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pernah mengungkapkan upaya pemerintah mengatasi kondisi likuiditas perbankan yang mengering pada semester kedua 2008. Seperti yang dijelaskan Agus, Sri Mulyani mengatakan, pada saat itu pasar uang antar bank tak lagi berjalan. Bank tak lagi saling percaya untuk meminjamkan dananya kepada bank lainnya. Kondisi serupa juga terjadi pada bank milik negara. Akibatnya, untuk mengatasi kekeringan likuiditas, pemerintah pun menyuntikkan dana sebesar Rp 15 triliun.
AGOENG WIJAYA