"Sisanya akan kami restrukturisasi," ujar Direktur Utama Emirsyah Satar usai rapat dengar pendapat Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan delapan perusahaan pelat merah dengan Komisi Keuangan Dewan Perwakilan Rakyat di Jakarta, Kamis (26/11).
Namun, pembelian kembali FRN tak akan dilakukan langsung oleh Garuda. Namun melalui dua institusi keuangan, salah satunya Bank of New York. Dengan pembelian kembali FRN yang diterbitkan tahun 1993 itu, jumlah utang Garuda akan turun. Hingga Desember 2009 total utang Garuda US$ 726 juta, turun ketimbang 2005 sebesar US$ 907 juta.
Besaran utang yang berkurang dari pembelian kembali itu bisa lebih dari US$ 25 juta, bergantung pada nilai tender yang dihasilkan. "Kalau mereka kasih 50 sen dollar, berarti utang saya turun US$ 50 juta," ujarnya. Persero akan mengambil nilai tender terendah yang ditawarkan.
Selain FRN, Garuda juga tercatat memiliki utang dagang BUMN senilai US$ 103 juta. Utang avtur kepada PT Pertamina mencapai Rp 1,119 triliun. Emir menuturkan persero ingin menyelesaikan utang tak produktif Garuda dalam kurun tujuh tahun mendatang. Jumlah utang tak produktif mencapai US$ 131,4 juta, turun dari utang awal US$ 360 juta.
RIEKA RAHADIANA