Untuk bisa keluar dari krisis listrik PLN, Basowa membangun Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) berbahan bakar marine fuel oil (MFO), batu bara, dan pembuangan gas. Untuk pembangkit dengan bahan batu bara diperkirakan rampung Desember ini.
Pembangkit tersebut akan memproduksi daya listrik sebesar dua kali 30 megawatt. Kapasitas yang sama juga diprosuksi PLTD MFO. Adapun pembangkit listrik tenaga panas produksi listriknya sekitar 8 megawatt, yang dimulai Agustus 2011.
“Kami tidak bisa selamanya bergantung pada listrik PLN yang telah menurunkan produksi semen hingga 50 persen," ujar Direktur Komersial PT Semen Bosowa, Annas Nambi kepada Tempo, Sabtu (31/10).
Semua pembangkit, tutur Annas, dibangun di lokasi pabrik Semen Bosowa guna memudahkan penyaluran listrik dengan biaya operasional murah. Menurut dia, proyek ini bakal memberi keuntungan besar dari sisi produksi semen setiap tahun.
Pada 2012 ditargetkan PT Semen Bosowa memproduksi semen 1,8 juta ton setiap tahun.
“Dengan pembangkit sendiri kami dapat bekerja maksimal dan lebih banyak," katanya. Ia menambahkan, kalaupun ada biaya tambahan, diperkirakan berkisar 2 - 3 persen.
Berapa modal yang dibenamkan? Annas belum bisa menyebutkan karena masih dihitung. Selama ini daya terpasang listrik Semen Bosowa dari PLN mencapai 30 megawatt, yang terlayani cuma 15 megawatt.
Tak hanya produksi yang yang terganggu, distribusi semen ke kawan Indonesia Timur seperti seperti Papua, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Kalimantan, juga kacau. "Kami terpaksa mendatangkan semen Basowa yang diproduksi di Batam. Ongkosnya menjadi lebih mahal."
Krisis listrik di Sulawesi Selatan, Barat, dan Tenggara berlangsung sejak September lalu. Pemicunya selain debit air di PLTA Bakaru menyusut, turbin pembangkit listrik swata di Sengkang rusak. Akibatnya, pasokan listrik di kawasan ini minus hingga 140 megawatt.
SULFAEDAR PAY