TEMPO Interaktif, Jakarta - Produk gula tahun ini diperkirakan tak mencapai target. Itulah sebabnya, Departemen Keuangan menurunkan tarif bea masuk impor gula hampir sebesar 72 persen.
Deputi bidang Pertanian dan Kelautan Menteri Koordinator Perekonomian, Bayu Krisnamurthi, mengungkapkan produksi gula akhir tahun ini diperkirakan hanya mencapai 2,73-2,75 juta ton, kurang sekitar 250-270 ribu ton dari target 3 juta ton produksi gula.
"Masa giling tebu diperkirakan berakhir awal atau pertengahan November mendatang," katanya usai rapat pimpinan Departemen Keuangan dan Kementerian Koordinator Perekonomian di kantor Direktorat Jenderal Perbendaharaan hari ini.
Pemerintah, kata dia, memberikan insentif impor selama tiga bulan mulai Oktober hingga Desember 2009 agar stok akhir tahun tercukupi. Stok itu sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan gula empat hingga lima bulan awal tahun depan.
"Karena konsumsi tinggi, sedangkan pada saat itu sama sekali tak ada masa giling tebu," ujarnya.
Sebelumnya, Departemen Keuangan menurunkan tarif bea masuk untuk impor gula periode Oktober-Desember 2009. Tarif impor gula mentah turun dari Rp 550 menjadi Rp 150 per kilogram. Sedangkan untuk impor gula rafinasi turun dari Rp 790 menjadi Rp 400 per kilogram.
Bayu mengungkapkan, kebijakan akan mendukung realisasi impor yang telah dialokasikan tahun ini lewat PT Perkebunan Negara sebesar 180 ribu ton. Bahkan pemerintah juga telah memutuskan untuk melakukan percepatan impor gula sebesar 220 ribu ton atau sekitar 10 persen alokasi impor tahun depan.
"Dengan begitu stok gula nasional ahir tahun bisa tercapai 1 juta ton," katanya. Menurutnya, permasalahan stok gula nasional memang baru terjadi tahun ini. Pasalnya, pada 2007 stok gula masih bisa dialihkan ke 2008 sebesar 1,5 juta ton. "Bahkan stoknya masih tersisa untuk dipakai tahun ini," ucapnya
AGOENG WIJAYA