"Terakhir yang mereka sampaikan ke kami mau bentuk joint venture," kata Direktur Jenderal Mineral, Batu Bara, dan Panas Bumi Bambang Setiawan usai berbuka puasa bersama di Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Selasa (15/9).
Bambang mengatakan BHP Billiton mengambil opsi itu karena masih ingin menjalankan usahanya di Indonesia. Dengan membentuk perusahaan gabungan, katanya, risiko mereka lebih kecil. "Joint venture mengeluarkan uangnya tidak sebanyak kalau mereka sendirian," katanya.
Namun menurutnya Billiton belum menyampaikan rencana itu secara resmi ke pemerintah.
"Secara informal saja, kan memang tidak perlu pemberitahuan resmi," ujarnya.
Dia menambahkan BHP Billiton masih berkeinginan untuk menguasai saham mayoritas. Sejauh ini ada sekitar 10 perusahaan yang menyatakan berminat bergabung dengan BHP Billiton. Namun ia mengaku tak hapal nama-nama perusahaan yang dimaksud.
Sebelumnya BHP Billiton berencana mengakhiri 25 tahun masa operasinya di Indonesia. Alasannya, proyek batu bara berkalori tinggi dinilai sudah tidak sesuai dengan jangka panjang perusahaan. Sebanyak 450 karyawan perusahaan itu pun terancam dipecat.
BHP Billiton memiliki tujuh konsesi tambang antara lain Tambang Lahai di Lapangan Hijau, Kalimantan Tengah, serta Tambang Maruwai di Kalimantan Timur dan Tengah.
DESY PAKPAHAN