Menurut analisis ekonomi Samuel Sekuritas Indonesia, Lana Soelistianingsih, BI memang masih berpeluang kembali menurunkan suku bunga dengan pertimbangan angka inflasi yang masih rendah yang diumumkan Badan Pusat Statistik pada Selasa lalu.
"Kami masih melihat peluang BI menurunkan suku bunga, tapi tidak dalam rapat 3 September," kata Lana dalam analisis mingguan Samuel Sekuritas. "Kami masih perkirakan BI Rate akan bertahan di 6,5 persen, sekalipun ekspektasi inflasi masih rendah."
Faktor yang menjadi pertimbangan adalah kesepakatan 14 bank membawa suku bunga deposito maksimum 8 persen atau 150 basis point di atas BI Rate dalam tiga bulan mendatang.
"Jadi BI Rate tetap akan dipertahankan untuk memberi peluang 14 bank menurunkan suku bunga deposito mereka. BI perlu mempertimbangkan kepentingan bank-bank itu," ujarnya.
BPS mengumumkan inflasi pada Agustus 0,56 persen (month on month) atau 2,75 persen (year on year). Secara kumulatif, angka inflasi dari Januari-Agustus mencapai 1,22 persen (year to date) atau 1,83 persen (tahunan).
Angka ini, menurut Lana, masih jauh dari target yang ditetapkan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2009, yaitu 4,5 persen. Bahkan pencapaian itu merupakan yang terendah sejak 9 tahun terakhir.
Sekalipun masih rendah, dalam dua bulan terakhir tekanan inflasi mulai meningkat secara moderat. Juli lalu angka inflasi mencapai 0,45 persen (month on month).
"Seperti diperkirakan sebelumnya, dalam tiga bulan sejak Juli, tekanan inflasi akan menguat. Bahkan untuk September, angka inflasi akan lebih kuat karena memasukkan pengeluaran untuk Lebaran," ujarnya. "Tapi kami melihat perkiraan inflasi selama 2009 rata-rata akan mencapai 5,13 persen."
Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia Tbk A. Tony Prasetiantono juga sependapat. Alasan BI Rate tetap dipertahankan, menurut dia, karena inflasi September agak tinggi dengan adanya puasa dan Lebaran.
"Juga untuk menjaga agar tidak terjadi capital outflow," kata Tony kepada Tempo. BI Rate dipertahankan, dia menambahkan, karena belum berdampak langsung terhadap penurunan suku bunga bank yang kini tengah diusahakan bank-bank besar, khususnya oleh 14 bank.
Ekonom Citigroup, Johanna Chua, menyatakan pihaknya semula berpandangan suku bunga patokan bisa turun lagi. "Tapi setelah melihat perkembangan yang terjadi, sekarang kami berpendapat BI Rate akan tetap," ujar Chua.
Menurut dia, kondisi perekonomian global menyebabkan volatilitas nilai tukar sehingga rupiah tembus ke level 10.200 per dolar AS. Ini membuat BI Rate akan dipatok sama seperti sebelumnya.
BI juga tengah menunggu realisasi penurunan suku bunga deposito hasil kesepakatan dengan 14 bank. Langkah ini merupakan upaya bank sentral untuk menurunkan suku bunga pinjaman. "Kebijakan itu paling tidak bisa mengurangi tekanan politik jika BI akan kembali menurunkan suku bunga pada masa mendatang," kata Chua.
GRACE S GANDHI