TEMPO Interaktif, Jakarta - Konsultan lembaga investasi Amerika Serikat, Medley Opportunity Fund Ltd dan Hillside Apex Fund Ltd, Richard L. Armitage meminta, pemerintah Indonesia melakukan investigasi atas pelanggaran yang dilakukan PT Indo Dana Persada dan PT Artha Persada Finance. Perusahaan itu dinilai telah melakukan penipuan investasi atas dana yang ditanamkan Medley dan Hillside senilai US$ 40 miliar.
“Kami ingin masalah ini ditangani, jika tidak akan merusak posisi Indonesia di pasar uang dan pasar modal global,” ujar Armitage kepada Tempo. Menurut dia, pihaknya telah menjadi korban penipuan investasi yang dilakukan Indo Dana Persada.
Richard L. Armitage adalah Presiden Armitage International, perusahaan konsultasi di Amerika Serikat. Armitage ditunjuk sebagai konsultan oleh Meddley Opprotunity Fund Ltd, perusahaan pengelola dana pensiunan tentara Amerika. Richard adalah mantan Wakil Menteri Luar Negeri Amerika 2001-2005.
Sebelumnya, pada Juli 2007 Medley membeli surat utang Indo Dana setara US$ 20,4 juta dari nilai investasi US$ 40 juta. Uang itu kemudian digunakan Indo Dana untuk memodali Artha Persada Finance. Rencananya dana itu akan digunakan untuk kegiatan pembiayaan konsumen mobil.
Belakangan diketahui, Artha Persada menginvestasikan Rp 55 miliar dananya di Antaboga. Persoalan muncul ketika Antaboga dinyatakan melakukan penggelapan dana nasabah. Dana pensiunan tentara Amerika ikut tertahan di Antaboga.
Dalam suratnya kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pada 29 April lalu, Richard meminta bantuan pemerintah menyelesaikan persoalan dengan Indo Dana Persada dan Artha Persada Finance. Selain ke Antaboga, menurut Richard, dana investasi Medley dan Hillside juga mengalir untuk pembelian saham PT Mitra Rajasa senilai Rp 40 miliar oleh Artha Persada dan Rp 75-120 miliar dalam bentuk pinjaman kepada perorangan.
ALI NUR YASIN