Direktur Keuangan Telkom Sudiro Asno mengatakan persero mempertimbangkan tiga hal dalam mencari pembiayaan: sumber pendanaan murah, prosesnya mudah, dan kemampuan penyerapan pasar. “Kami lihat sumber pendanaan lain bisa langsung, vendor financing, obligasi, atau mungkin kombinasinya,” ujarnya saat ditemui di kantor Kementerian Negara BUMN, Rabu (3/6) malam.
Selain itu, dia melanjutkan, perusahaan juga harus menyesuaikan pembiayaan dengan kebutuhan biaya dan perkembangan inisiatif-inisiatif pendanaan yang tengah diproses. Sudiro mengaku dirinya belum mengetahui posisi terkakhir kekurangan belanja modal Telkom dari US$ 2,1 miliar. “Baru bisa tahu sekitar Juni-Agustus,” kata dia. Bila semua berjalan lancar, lanjutnya, Telkom setidaknya telah mendapatkan setengah dari kebutuhan.
Sudiro menjelaskan jika menerbitkan obligasi, Telkom memiliki dua ganjalan yakni penggunaan laporan keuangan maksimum enam bulan dan mahalnya dana dari pembiayaan ini. Menurut dia, laporan keuangan 2008 tak bisa digunakan karena habis berlaku pada 30 Juni mendatang.
Bila Telkom memilih penerbitan obligasi maka harus dilakukan audit atas laporan keuangan triwulan pertama atau kedua dan penerbitan digelar pada semester kedua. “(Obligasi) opsi terakhir karena salah satu masalahnya laporan keuangan,” ucapnya.
Dia mengatakan hingga kini Telkom belum menunjuk penaksir untuk penerbitan obligasi namun mengakui telah membuka pembicaraan dengan Deutsche Bank. Sudiro menuturkan Telkom meminta saran bank asal Jerman itu untuk penerbitan obligasi. “Kupon berapa, pasarnya menyerap atau tidak. Tapi belum terikat,” ujarnya.
Saat ini Telkom akan meneken kontrak kerja sama vendor financing Huawei dengan nilai komitmen US$ 800 juta hingga US$ 1miliar. Untuk 2009 akan dicairkan sekitar US$ 100 juta setelah pekerjaan selesai.
RIEKA RAHADIANA