Ketua Umum Asosiasi, Lamhot Samosir mengatakan, untuk Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi, sudah terhimpun 6.000 pedagang. Sementara itu omzet per pedagang diperkirakan mencapai Rp 2 juta per hari. “Jadi bisa dijumlahkan Rp 2 juta per orang kali 6.000 pedagang,” ujar Lamhot kepada Tempo, Rabu (20/5) usai deklarasi Asosiasi di Gedung Sapta Pesona, Jakarta.
Menurut dia, di Jabodetabek saja diperkirakan terdapat 20 ribu hingga 25 ribu pedagang, sedangkan di Jawa Barat antara 12 ribu hingga 15 ribu. Lamhot mengatakan, ke depan potensi perputaran akan meningkat seiring semakin banyaknya pengguna telepon seluler.
Direktur Standardisasi Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi Azhar Hasyim mengatakan data pengguna telepon seluler lebih dari 100 juta. Menurut dia, dengan banyaknya pedagang pulsa akan menambah dan mengembangkan perekonomian Indonesia. Apalagi prospek perdagangan pulsa masih menjanjikan.
“Karena pada umumnya sektor pendapatan telekomunikasi didominasi perusahaan asing sehingga pendapatan kembali ke investor. Dari pedagang ini, pendapatan yang tertinggal di Indonesia makin bertambah,” ujarnya.
Azhar mengatakan pendapatan dari Pendapatan Negara Bukan Pajak dari sektor telekomunikasi yang disetor para operator, berkisar dari Rp 1 triliun hingga Rp 1,5 triliun. Angka tersebut hanya satu persen dari pendapatan operator.
Sementara itu Deputi Bidang Pembiayaan Negara Kementerian Koperasi dan Usaha, Kecil, dan Menengah, Agus Muharam mengatakan 90 persen pengguna seluler menggunakan pulsa prabayar karena praktis. Permintaan vocer pulsa ini menjadi peluang bagi industri mikro, kecil, dan menengah.
DIAN YULIASTUTI