“Perbankan masih menitikberatkan aspek komersial sementara perusahaan di Indonesia berpandangan bahwa pengelolaan lingkungan merupakan beban usaha,” kata dia dalam rilis yang diterima Tempo di sela-sela pertemuan tahunan Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank) di Nusa Dua, Bali, Senin (4/5).
Padahal, dia melanjutkan, pengelolaan lingkungan yang baik justru akan menurunkan resiko usaha akibat kerawanan sosial dan menjadi investasi jangka panjang. “Perbankan juga bisa memasukkan kriteria pengelolaan lingkungan atas proyek-proyek yang dibiayainya,” ujar Thomas.
Dia menjelaskan Mandiri telah memperoleh pembiayaan jangka panjang senilai US$ 100 juta dari Agence Française de Développement (AFD) untuk pembiayaan proyek ramah lingkungan. Thomas menuturkan, kerja sama itu digunakan untuk membiayai proyek-proyek ramah lingkungan yang memenuhi syarat AFD dengan nilai maksimal US$ 15 juta
Mandiri juga memperoleh bantuan pembiayaan serupa dari ADB senilai US$ 300 juta dan menjadi bank pertama di Indonesia yang menerima fasilitas itu dari bank pembangunan Asia. Thomas menjelaskan Mandiri menggunakan pembiayaan dari kedua lembaga pembiayaan itu untuk mendorong investasi di sektor usaha berbasis pengelolaan lingkungan hidup. Sebab, lanjutnya, menurut laporan ADB, Indonesia merupakan negara kawasan Asia Tenggara yang paling rentan terdampak pemanasan global akibat kerusakan lingkungan.
RIEKA RAHADIANA
Perbankan Nasional Belum Melirik Proyek Lingkungan Hidup
Selasa, 5 Mei 2009 08:57 WIB