TEMPO Interaktif, Jakarta: Produsen alas kaki nasional kekurangan pasokan bahan baku seperti kulit, kulit imitasi, tumit, ritsleting yang biasa diimpor dari Cina. Penyebab defisit, menurut Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia Singgih Witarsa, bahan baku impor tidak bisa masuk karena Peraturan Menteri Perdagangan tentang pengetatan impor di lima pelabuhan.
Peraturan itu memang hanya mengatur impor alas kaki, namun ternyata bahan baku sepatu terkena imbasnya. "Kebijakan itu memang untuk sepatu, tapi bahan baku sepatu juga jadi susah masuk dan biaya jadi tinggi," kata Singgih di Jakarta, Kamis (23/4).
Menurut Singgih, biaya jadi meningkat 20 persen akibat tertahannya bahan baku tersebut. Bahan baku yang semula bisa terkirim ke pabrikan dalam waktu satu minggu, bisa molor hingga tiga minggu. Akibatnya, produsen alas kaki juga sulit memenuhi pesanan sepatu. "Kalau ingin meningkatkan penjualan di pasar domestik, harus didukung pasokan bahan baku," kata Singgih.
Kesulitan bahan baku sepatu terutama dialami oleh usaha skala kecil dan menengah yang jumlahnya ratusan. Perusahaan besar tidak mengalami kendala bahan baku, karena mereka telah memiliki izin importir terdaftar dan importir produsen.
NIEKE INDRIETTA