TEMPO Interaktif, Jakarta: Ekonom dan analis optimistis dibekukannya Bank IFI oleh Bank Indonesia pada Jumat pekan lalu tidak akan menyebabkan gangguan sistemik sektor perbankan.
Chief Economist Standard Chartered Bank Fauzi Ichsan mengatakan perbankan Indonesia saat ini jauh lebih sehat sebagai dampak dari hasil restrukturisasi 1999-2000. Para ekonom sebenarnya sudah memprediksi bank-bank kecil, seperti Bank IFI, akan terlikuidasi. "Bank besar saja kesulitan likuidasi, apalagi bank kecil," ujarnya.
Menurut Fauzi, likuidasi yang dialami Bank IFI tidak akan terjadi pada bank kecil lainnya. Tingkat rasio kecukupan modal (CAR) perbankan di kisaran 12-13 persen dan kredit bermasalah (NPL) kurang dari 5 persen.
Ketua Umum Perhimpunan Bank-bank Umum Nasional Sigit Pramono berpendapat likuidasi Bank IFI tidak menggambarkan kondisi perbankan nasional. Meski ada beberapa bank yang memiliki rasio kecukupan modal cukup rendah, secara umum kondisi perbankan saat ini masih cukup baik.
Menurut Sigit, masyarakat sebaiknya tidak panik akibat keputusan Bank Indonesia melikuidasi Bank IFI. "BI pasti memiliki alasan kuat melikuidasi bank itu, tapi saya yakin bukan karena kondisi perbankan memburuk," kata Sigit.
Menurut dia, dari rapor kinerja perbankan yang dipublikasikan BI, memang ada beberapa bank yang memiliki kecukupan modal kurang dari 12 persen. Tapi itu masih di atas standar internasional yang menetapkan rasio kecukupan modal minimum 8 persen. Jadi bank-bank kecil tidak selalu bermasalah.
Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk Mirza Adityaswara mengatakan tidak semua bank yang modalnya kecil berarti salah kelola. Sebetulnya rasio kecukupan modal yang kecil bukanlah masalah besar. Asalkan bank itu bisa menambah modalnya, karena bisnis bank memang butuh penambahan modal setiap 4-5 tahun.
Menurut analis Sinarmas Sekuritas, Alfiansyah, ditutupnya Bank IFI tidak menyurutkan animo investor untuk kembali memburu saham perbankan di bursa.
Hingga Jumat pekan lalu, investor masih memburu saham perbankan, seperti harga saham Bank Mandiri yang naik Rp 200 menjadi Rp 2.475 per saham, Bank BRI menguat Rp 250 menjadi Rp 5.250, Bank BCA naik Rp 100 menjadi Rp 3.575, serta Bank CIMB Niaga menguat Rp 20 menjadi Rp 610 per saham. "Di samping Bank IFI hanyalah bank kecil, investor menilai positif penanganan lebih dini yang dilakukan bank sentral," ujar Alfiansyah.
Ketika mengumumkan pembekuan Bank IFI pada Jumat pekan lalu, BI juga meminta nasabah, terutama nasabah bank-bank kecil, tidak khawatir akan nasib mereka dengan adanya kasus ini.
"Sampai hari ini (Jumat lalu), tidak ada bank lain yang masuk pengawasan khusus BI," ujar Kepala Biro Stabilitas Sistem Keuangan BI Wimboh Santoso.
Artinya, tidak ada lagi bank lain yang rasio kecukupan modalnya di bawah ketentuan minimum 8 persen.
l RIEKA RAHADIANA | AGOENG WIJAYA | VIVA BK | BUNGA MANGGIASIH | GRACE