"Intensitas hujan yang tinggi, debit air juga mendadak tinggi, sehingga spileway (saluran limpasan air) tidak cukup dan jebol," ujar Djoko di kantornya usai meninjau lokasi jebolnya Situ Gintung, Cirendeu, Tangerang, Banten, Jumat (27/3).
Menurut Djoko limpasan itu hanya selebar lima meteran. Sedangkan situ tersebut mampu menampung hingga 1,5 juta meter kubik air. Karena air sudah melimpah dan saluran tak menampung, menggerus bagian sisi yang lain dan menjebolkan situ. "Begitu jebol air dan lumpur menggelontor kampung,jadi ya seperti tsunami," ujar Djoko lagi.
Djoko mengatakan Situ Gintung dibangun pada zaman Belanda yang difungsikan untuk irigasi, Namun seiring perjalanan waktu fungsi irigasi tak lagi dipakai. Situ akhirnya menjadi tempat parkir air dan konservasi.
Menurut Djoko saluran limpasan air ini memang tidak didesain untuk perilaku banjir yang tidak normal atau tidak terduga. Djoko juga menampik kerusakan tanggul situ tersebut. "Kalau dari segi hidrolis belum," ujarnya.
DIAN YULIASTUTI