Direktur Perizinan dan Informasi Perbankan Bank Indonesia Joni Swastanto, mengatakan harga bank-bank yang hendak dijual bisa mencapai 3-4 kali nilai buku karena likuiditas para investor dan bank tersebut sangat baik. "Sekarang kenyataan itu berbalik, bank ditawar satu kali nilai buku saja sudah baik," kata Joni di Jakarta, Senin (9/2).
Dia menjelaskan, anjloknya harga jual bank disebabkan investor banyak menahan diri untuk menamkan modalnya karena para investor itu sekarang sedang berfokus menutup kerugian yang dialami menyusul runtuhnya pasar keuangan dunia. Selain itu, kondisi perbankan yang kekurangan likuiditas juga mempercepat penurunan harga karena mendorong penurunan kinerja.
Dia mencontohkan, sebelum pasar keuangan bergolak, PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BII) dibeli Malayan Banking Berhad (Maybank) seharga US$ 1,5 miliar (sekitar Rp 14 triliun dengan asumsi kurs saat itu Rp 9.300 per dolar AS)atau empat kali nilai buku. "Itu pembelian termahal di Indonesia," ujar dia.
Seperti diberitakan sebelumnya, pada Oktober tahun silam, bank berbasis di Malaysia, Maybank, mengakuisisi seratus persen saham milik Sorak Financial Holding Pte Ltd di Bank Internasional Indonesia (BII) senilai 4,8 miliar ringgit atau US$ 1,5 miliar. Maybank membeli 100 persen saham BII melalui mekanisme conditional sale and purchase agreement (SPA).
Sorak adalah pemilik 56 persen saham di BII. Sekira 75 persen saham Sorak dimiliki oleh Financial Fullerton Financial Holdings Pte Ltd, yang tak lain adalah milik perusahaan asal Singapura, Temasek Holdings Limited. Sisanya, 25 persen dimiliki Kookmin Bank.
EKO NOPIANSYAH