TEMPO Interaktif, Jakarta : Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan tiga negara telah menyediakan pinjaman melalui mekanisme bilateral swap arangement (BSA) senilai US$ 12 miliar. "BSA yang sudah ada itu dengan Jepang sebanyak US$ 6 miliar, Cina US$ 4 miliar, Korea Selatan US$ 2 miliar," kata Menteri Sri di kantornya, hari ini.
Pinjaman melalui mekanisme BSA juga bisa ditarik dari inisiatif Chiang Mai yang menyediakan dana senilai US$ 80 miliar. "US$ 20 miliar bisa ditarik secara otomatis tergantung masing-masing kuota," katanya. Inisiatif Chiang Mai muncul dari forum Asean Plus 3.
BSA tersebut bisa ditarik jika Indonesia kesulitan likuiditas akibtat gejolak sektor keuangan yang berkepanjangan. "Saya dengan Gubernur BI kemarin sudah sepakat. Kalau misalnya sampai kesulitan likuiditas kesepakatan BSA diaktifkan ditambah Inisiatif Chiang Mai yang sedang dibahas di ASEAN Plus 3," katanya.
Sri Mulyani menambahkan pinjaman dengan mekanisme BSA berbeda dengan standby loan (pinjaman siaga) yang juga sedang diusahakan oleh pemerintah. "BSA itu untuk menopang likuiditas. Itu muaranya ke BI dan BOP sedangkan standby loan untuk budget support," katanya.
Pinjaman siaga ditarik untuk mendukung APBN yang merupakan domain pemerintah dan DPR. Sementara, BSA akan digunakan untuk menopang likuiditas perbankan yang akan ditarik dengan pertimbangan dari bank sentral.
Gunanto E S