TEMPO Interaktif, London: Pasar saham internasional kehilangan miliaran dolar kemarin saat berbagai negara di seluruh dunia berjuang menyelamatkan bank mereka dan mendukung apa pun yang dapat dilakukan untuk mempertahankan kepercayaan investor.
Kejatuhan pasar di berbagai negara mulai dari Brasil hingga Arab Saudi ketika angka indeks menunjukkan penurunan yang sangat tajam dalam 20 tahun terakhir. Kejatuhan yang tajam menghentikan perdagangan di beberapa perdagangan.
Bursa Paris jatuh 9 persen, indeks Jerman turun 7 persen, dan FTSE 100 London turun 8 persen. Kejatuhan itu merupakan kehilangan terbesar dalam satu hari perdagangan dan menghapus lebih dari US$ 150 miliar nilai saham. Indeks saham Rusia terjerembab mendekati 20 persen
Di Eropa, para pemimpin pemerintahan berupaya membendung kerusakan dengan penjaminan deposito dan menambal paket talangan bersama untuk institusi keuangan yang sedang berjuang, termasuk beberapa nama besar di perbankan Eropa. Namun, upaya itu gagal mendorong bursa.
"Terus terang, ini lebih buruk dan mengerikan dari apa yang pernah saya lihat," kata Peter Bickley, kepala ahli ekonomi untuk Bank Deutsche di Inggris.
Bahkan saat negara-negara di seluruh dunia menyalahkan AS sebagai penyebab krisis keuangan, mereka mendapati bank-bank mereka terpengaruh dan terimplikasi oleh hal itu.
Namun sebuah upaya bertahan yang terkoordinasi, khususnya di antara 27 anggota Uni Eropa, terbukti tidak padu meski pemimpinnya berjanji untuk bersatu menghadapi ancaman keuangan global.
Keputusan Irlandia minggu lalu untuk menjamin semua deposito di bank-bank mereka membuat marah negara-negara Uni Eropa, namun kemudian ternyata pemerintahan lain juga melakukan hal yang sama. Yunani segera mengikuti rencana itu, Jerman melakukan hal yang sama Minggu, dan Eslandia--yang tidak menjadi bagian Uni Eropa tapi sangat tertekan oleh krisis--mengikuti langkah itu Senin, dengan menyatakan bahwa negara itu siap mengambil kendali bank-bank komersialnya.
Di Inggris, mulai hari ini negara akan mengasuransikan deposito hingga US$ 87 ribu, meningkat dari US$ 61 ribu. Langkah itu untuk mencegah penabung Inggris beralih ke bank-bank Irlandia.
"Kerusakan pasar keuangan global telah semakin intensif," kata Alistair Darling, Menteri Keuangan Inggris, kepada Parlemen kemarin. "Masyarakat sangat memperhatikan apa yang sedang terjadi. Kami akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk menjaga kestabilan."
Brasil, perekonomian terbesar Amerika Latin, terpaksa menghentikan perdagangan saham dua kali di pusat keuangan, Sao Paulo, pertama ketika indeks Bovespa menurun 10 persen dan kemudian saat jatuh 15 persen. Indeks kemudian merangkak naik dan ditutup menurun 5 persen. Mata uang Brasil jatuh ke tingkat terendah dalam setahun lebih terhadap dolar, mengikuti devaluasi yang terjadi pada mata uang lain di seluruh dunia, termasuk euro yang jatuh di bawah US$ 1,35. Juli lalu euro diperdagangkan sekitar US$ 1,60.
Pasar saham juga jatuh di Arab Saudi dan negara-negara Teluk Persia lainnya yang saat ini dilanda booming pembangunan gedung-gedung pencakar langit. Saham real estate di Dubai, Uni Emirat Arab, menjadi berisiko karena negara kerajaan ini lebih didukung oleh pembangunan perumahan dan gedung komersial dibandingkan pasokan minyaknya. Saham real estate ditutup turun 7 persen.
LA Times/Erwin