TEMPO Interaktif, Jakarta: PT Bank Mandiri Tbk dan PT Semen Bosowa Maros akan menandatangani kesepakatan restrukturisasi kredit macet senilai Rp 1,1 triliun pada pekan ini. Restrukturisasi itu berupa penjadwalan ulang dan pelunasan sebagian utang.
Direktur Bank Mandiri Abdul Rachman mengatakan, restrukturisasi utang macet ini merupakan program akselerasi perbaikan rasio kredit macet. Menurut dia, kinerja Bosowa yang membaik seiring berpotensinya pertumbuhan pasar semen membuat Mandiri yakin jika pabrik semen milik Aksa Mahmud itu mampu membayar semua hutang. "Apalagi Bosowa berencana melakukan penawaran saham perdana (IPO) perusahaan," kata Rachman.
Aksa mahmud adalah kerabat dekat Wakil Presiden Jusuf Kalla. Bosowa harus memperbaiki kinerja keuangannya kalau ingin rencana IPO itu berhasil. Sebelumnya, Bosowa sudah mendapat keringanan hutang dari PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI).
Bosowa dan BNI telah mencapai kesepakatan restrukturisasi debitor macet dengan nominal Rp 584 miliar. Sehingga, Bosowa bisa mencicil utang sampai 2013 dengan bunga komersial 12 persen.
Rachman melanjutkan, setelah melakukan negosiasi panjang, perseroan telah menemukan titik temu kesepakatan dengan Bosowa. Kesepakatan ini untuk menyelesaikan kredit macet yang hingga kini membebani kinerja keuangan kedua perusahaan.
"Mungkin Kamis atau Jumat ini akan ada penandatanganan," ujar dia. Nantinya, kata dia, ada pembayaran dan sisanya akan diatur kemudian. Misalnya, tahun ini akan dibayar sekitar 10 persen, kalau dia mampu IPO tahun depan akan ada pembayaran lebih besar. Jika tidak atau mundur IPO-nya akan ada pembayaran 10 persen lagi.
Pemberian kapasitas restrukturisasi ini menurut Abdul Rachman didasari perbaikan kinerja Bosowa. Sebagai salah satu pemasok semen di kawasan timur Indonesia, industri semen Bosowa meningkat pesat.
Bahkan, saat ini Bosowa sudah percaya diri untuk melakukan IPO guna mendapatkan tambahan dana bagi pelunasan utang dan perbaikan kinerja. "Karena sebenarnya industrinya bagus," tegas Abdul.
Rasio NPL Mandiri saat ini sudah berada di bawah 1 persen yaitu sekitar 0,9 persen. Dengan kesepakatan baru ini dipastikan rasio NPL di kuartal ketiga 2008 akan semakin kecil.
Eko Nopiansyah