Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Geliat Bisnis Islami

image-gnews
House of Shafa rumah kecantikan di Jalan tebet Timur Dalam 57, Jakarta, Jumat (5/9).(TEMPO/Adri irianto AI20080905)
House of Shafa rumah kecantikan di Jalan tebet Timur Dalam 57, Jakarta, Jumat (5/9).(TEMPO/Adri irianto AI20080905)
Iklan

salonTEMPO Interaktif, Jakarta: Tulisan besar "lelaki dilarang masuk" yang tertempel di pintu depan menyambut pelanggan salon Moz5 di Jalan Margonda Raya, Depok, Jawa Barat. Menempati ruko dua lantai, bangunan salon itu didominasi jendela berkaca gelap dan bergorden pink. Kondisi itu seakan meyakinkan bahwa tak mungkin bisa melihat kegiatan yang berlangsung di dalam salon khusus muslimah tersebut.

Begitu memasuki Moz5, alunan musik nasyid menyergap. Di lantai satu salon itu, sejumlah perempuan belia tengah menjalani perawatan rambut dan facial. Mereka dilayani para kapster perempuan berbusana muslimah. Para kapster itu tampak serius melayani pelanggan. Tidak ada suara tawa cekikikan atau obrolan santai sesama kapster, yang biasanya dijumpai di salon-salon umum. Hanya sesekali terdengar percakapan antara kapster dan pelanggan yang dilayaninya.

Suasana lebih tenang lagi ditemui di lantai dua, yang dipergunakan sebagai ruang pelayanan spa. Beberapa perempuan muda terlihat sedang menikmati layanan spa, luluran, dan massage.

Boleh dibilang, suasana tenang itu kontras dengan kenyataan salon yang dikunjungi sekitar 40 pelanggan setiap harinya tersebut. "Sejak salon berdiri, animo masyarakat memang tinggi," kata Fauzia Rahmawati. "Tak hanya mahasiswi, karyawati, dan ibu rumah tangga juga menjadi pelanggan kami," petugas operasional Moz5 itu menambahkan.

Menurut Fauzia, sejak didirikan pada 2003, salon itu memang mengkhususkan pelayanan bagi muslimah. Pendirinya, dua bersaudara Yuli Astuti dan Lindawati, memang gemar ke salon. Hanya, kedua bersaudara muslimah itu kesulitan menemukan salon khusus muslimah. Akhirnya, mereka sepakat mendirikan Moz5 di bilangan Margonda, Depok. "Alasannya karena kawasan itu sebagai pusat lalu lalang mahasiswa Universitas Indonesia dan kampus lainnya yang banyak berjilbab," Fauzia menerangkan.

Kini Moz5 telah memiliki tiga cabang yang tersebar di Jabodetabek. Ditambah empat cabang lainnya melalui waralaba di Jakarta dan Palembang, Sumatera Selatan. Menurut Fauzia, untuk fee waralaba salon itu sekitar Rp 50 juta. "Tapi belum termasuk gedung, listrik, dan beberapa hal lainnya," katanya.

Moz5 adalah salah satu salon dan spa muslimah yang kini menjamur di kota-kota besar di Indonesia. Sebetulnya, perawatan kecantikan yang diberikan salon dan spa itu hampir sama dengan salon dan spa pada umumnya. Yang berbeda, salon dan spa di Moz5 mengkhususkan buat perempuan muslim. Para pegawai di salon dan spa muslimah itu juga semuanya perempuan muslim dan berjilbab.

Segmen khusus muslimah itulah yang mendorong sejumlah pengusaha muslim mendirikan salon dan spa tersebut. Nur Aisyah Haifani, misalnya, membuka salon dan spa muslimah Azzahra di Yogyakarta sejak November 2004. "Saya memilih membuka salon khusus muslimah karena waktu itu di Yogya belum ada," kata Aisyah. "Dan saya ingin memberi rasa nyaman kepada sesama perempuan muslim dalam perawatan tubuhnya sekaligus dakwah," sarjana teknik pertambangan Universitas Pembangunan Nasional Veteran itu menambahkan.

Menurut Aisyah, ia membuka salon pertamanya di Jalan Jogokaryan, Yogyakarta. Pada 2005, ia juga mengembangkan salonnya itu dengan membuka pelayanan spa. Aisyah kemudian membuka lagi salon dan spa di Jalan Nyai Ahmad Dahlan, yang menempati lantai dasar rumah dua lantai tempat tinggalnya sekaligus dijadikan kantor pusat Azzahra.

Yang menarik, tempat tinggal dan salonnya di Kampung Kauman itu merupakan rumah warisan dari tokoh Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan. "Ruang spa itu dulunya kamar tidurnya Nyai Ahmad Dahlan (istri KH Ahmad Dahlan)," ujar Aisyah, yang juga cicit tokoh Muhammadiyah itu, menjelaskan.

Setiap pengunjung yang datang ke Azzahra akan disambut poster bergambar perempuan berkerudung panjang dengan telunjuk diacungkan. Pada bagian bawahnya tertera tulisan "Khusus Wanita. Pria Dilarang Masuk". Poster itu ditempel di pintu masuk berbahan kaca gelap. Aisyah menyatakan pada bulan ini Azzahra membuka cabang ketiganya di Ambarukmo Plaza, Yogyakarta.

Azzahra menyediakan lima jenis perawatan: rambut, wajah, tangan dan kaki, ratus vagina, perawatan tubuh, serta perawatan pranikah. Yang menarik, untuk perawatan rambut, salon itu tak melayani penyambungan rambut. Menurut Aisyah, karena itu bertentangan dengan syariat Islam. Adapun pewarnaan rambut bisa dilakukan asalkan pori-pori kulit kepalanya tak tertutup dan mengganggu aliran air wudu.

Lalu perawatan tubuh, Azzahra menyediakan tiga paket--Zahra, Wardah, dan Jasmine--yang berbeda rangkaiannya. Paket Zahra merupakan paket yang paling lengkap. Paket itu meliputi steam, massage, scrub tradisional, lulur tradisional, masker, rendam dengan susu atau rempah, dan bilas body lotion. Tarif layanan yang disediakan Azzahra bervariasi, dari puluhan ribu hingga ratusan ribu rupiah. Bergantung pada paket perawatan yang dipilih. Yang jelas, menurut Aisyah, salon dan spa-nya senantiasa berupaya memberikan kenyamanan bagi pelanggannya.

Riyana, 39 tahun, yang menjadi pelanggan Azzahra sejak 2004, mengakui kenyamanan yang diberikan salon dan spa khusus muslimah itu. "Bisa bebas buka-buka baju," kata perempuan berjilbab warga Gedung Kiwo, Yogyakarta, yang siang itu tengah menjalani hair spa di Azzahra. "Sebelumnya saya kerap ke salon umum."

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kenyamanan pelayanan Azzahra juga dirasakan Heni. Siang itu, perempuan berusia 37 tahun asal Surabaya, Jawa Timur, tersebut tengah menjalani perawatan tubuh di ruang spa. "Wah, nyaman sekali di sini," ujar perempuan yang sehari-hari berbusana muslimah itu seraya tersenyum simpul.

Begitulah. Selain salon dan spa khusus muslimah, akhir-akhir ini juga menjamur butik yang menyediakan busana khusus muslim. Salah satu butik muslimah yang cukup terkenal dan berkembang adalah Shafira. Hingga kini, Shafira yang berpusat di Bandung, Jawa Barat, itu telah memiliki 19 cabang di 12 kota plus puluhan gerai di sejumlah pusat belanja.

Menurut Chief Executive Officer Shafira Group Companies Gilarsi W. Setijono, bisnis butik muslimah itu bermula dari diskusi aktivis Masjid Salman Institut Teknologi Bandung pada 1980-an. "Waktu itu kami prihatin karena busana muslim punya label kampungan dan tak modis," kata Gilarsi.

Diskusi itu membuahkan kesepakatan menciptakan busana yang sesuai dengan kaidah Islam tapi tetap fashionable. Salah satu perancang model busana tersebut adalah Fenny Mustafa, yang sekarang namanya bisa ditemukan di hampir setiap label busana merek Shafira.

Boleh dibilang, mayoritas pelanggan Shafira adalah kelas menengah-atas, termasuk pejabat dan selebritas. Maklum, harga busana yang dijual butik itu berkisar Rp 200 ribu hingga Rp 6 juta. Menurut Gilarsi, salah satu pembeli koleksi busana Shafira adalah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Ani Yudhoyono.

Saat ini, kata Gilarsi, Shafira juga mulai membidik segmen menengah-bawah dengan desain baju siap pakai. Meski begitu, Shafira tetap mempertahankan desain busana eksklusifnya demi menjaga pelanggan setianya dari kalangan menengah-atas.

Shafira juga mulai melebarkan sayap ke pasar internasional. Gilarsi menyatakan, mulai 12 September nanti, Shafira membuka cabang di Kuala Lumpur, Malaysia. "Malaysia sebagai tempat yang pas karena sering menjadi tempat pertemuan internasional komunitas muslim dunia," ujar sarjana teknik kimia ITB itu menerangkan.

Pakar bisnis, Rhenald Kasali, menyatakan menjamurnya bisnis islami--salon, spa, dan butik muslimah--adalah pertanda produk dan jasa islami kini bukan sekadar simbol identitas dalam urusan agama. "Bukan semata-mata identitas, tapi telah menjadi gaya hidup," katanya.

Perubahan itu, Rhenald menambahkan, terjadi lantaran produk dan jasa islami tersebut tak lagi dikemas secara tradisional. Ia melihat belakangan ini desain produk dan bentuk layanannya sudah lebih ramah terhadap konsumen umum.

Lalu, faktor yang mendorong tumbuhnya bisnis islami itu, menurut Rhenald, adanya penerimaan masyarakat terhadap produk dan layanan jasa tersebut. Contohnya busana muslimah. "Dulu kesannya hanya buat orang tertentu, tapi sekarang sudah biasa saja melihat orang berbusana muslimah," ujar dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia itu.

Memang, masih banyak bisnis islami yang hanya laris menjelang Ramadan dan Lebaran. Padahal, kata Rhenald, peluang bisnisnya sebenarnya cukup besar di luar bulan tersebut dan bisa laku sepanjang tahun. Untuk sampai ke sana, Rhenald menyarankan, "Para pebisnis islami terus menciptakan inovasi dan tak hanya berfokus pada masa Ramadan dan Lebaran."


UTAMI WIDOWATI, OKTAMANDJAYA WIGUNA, PITO AGUSTIN RUDIANA (YOGYAKARTA)

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Jokowi Puji 'Mama Muda' di Forum Ekonomi: Saya Senang

21 hari lalu

Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato saat menghadiri pembukaan Muktamar XX Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) di Dinning Hall Jakabaring Sport City (JSC), Palembang, Sumatera Selatan, Jumat, 1 Maret 2024. Muktamar XX Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) yang berlangsung dari 1-3 Maret 2024 tersebut mengangkat tema Bersatu Menuju Indonesia Berdaulat. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
Jokowi Puji 'Mama Muda' di Forum Ekonomi: Saya Senang

Presiden Joko Widodo memuji perkembangan sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah di tanah air.


Amartha dan Unilever Indonesia Sinergikan Jejaring Usaha Mikro Perempuan

30 hari lalu

Katrina Inandia, Head of Impact and Sustainability Amartha bersama Maya Tamimi, Head of Sustainable Environment Unilever Indonesia dalam kegiatan memperingati Hari Peduli Sampah Nasional 2024 di Teluknaga, Provinsi Banten.
Amartha dan Unilever Indonesia Sinergikan Jejaring Usaha Mikro Perempuan

Amartha dan Unilever Indonesia kolaborasikan jejaring usaha mikro Perempuan dengan jejaring bank sampah berbasis komunitas untuk kelola sampah plastik secara produktif dan ekonomis.


Jenis dan Contoh UMKM di Indonesia yang Banyak Diminati

54 hari lalu

Keberadaan UMKM di Indonesia kian meningkat karena memiliki daya tarik tersendiri. Pahami jenis dan contoh UMKM di Indonesia yang banyak diminati. Foto: Canva
Jenis dan Contoh UMKM di Indonesia yang Banyak Diminati

Keberadaan UMKM di Indonesia kian meningkat karena memiliki daya tarik tersendiri. Pahami jenis dan contoh UMKM di Indonesia yang banyak diminati.


Terbitkan 7,1 Juta Nomor Induk Berusaha Via OSS, BKPM: Didominasi Usaha Mikro Kecil

31 Desember 2023

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia ketika ditemui di sela acara BNI Investor Daily Summit 2023 di Kawasan Senayan Jakarta, Rabu, 25 Oktober 2023. TEMPO/Riri Rahayu
Terbitkan 7,1 Juta Nomor Induk Berusaha Via OSS, BKPM: Didominasi Usaha Mikro Kecil

Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) telah menerbitkan sebanyak 7.146.105 nomor induk berusaha (NIB).


Lampaui Target, BRI Catat Business Matching Rp 1,26 T Lewat UMKM Expo

10 Desember 2023

Presiden Joko Widodo (keempat kiri) didampingi Menteri BUMN Erick Thohir (kiri), Menkop UKM Teten Masduki (kedua kiri), Seskab Pramono Anung (ketiga kiri), Mendag Zulkifli Hasan (kelima kiri), Dirut BRI Sunarso (ketiga kanan) dan Direktur Bisnis Kecil dan Menengah BRI Amam Sukriyanto (kanan) meninjau pameran UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR 2023 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Kamis 7 Desember 2023. Dalam pameran yang berlangsung hingga 10 Desember itu Presiden Jokowi mengungkapkan UMKM merupakan penopang ekonomi nasional yang mana 61 persen PDB nasional disumbang oleh UMKM dan 97 persen tenaga kerja di Indonesia diserap UMKM. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Lampaui Target, BRI Catat Business Matching Rp 1,26 T Lewat UMKM Expo

BRI mencatat business matching antara UMKM dengan pembeli di luar negeri melalui UMKM EXPO(RT) Brilianpreneur 2023 mencapai Rp 1,26 triliun.


Keberhasilan Kupedes BRI terhadap Pelaku Usaha Mikro di Indonesia

15 November 2023

Keberhasilan Kupedes BRI terhadap Pelaku Usaha Mikro di Indonesia

Terus tumbuh kuat, kinerja kredit segmen mikro PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI tercatat semakin baik pascapandemi.


Undang-Undang Cipta Kerja Bentuk Keberpihakan Pemerintah kepada Usaha Mikro Kecil

2 Oktober 2023

Undang-Undang Cipta Kerja Bentuk Keberpihakan Pemerintah kepada Usaha Mikro Kecil

Undang-Undang Cipta Kerja Bentuk Keberpihakan Pemerintah kepada Usaha Mikro Kecil


Hari UMKM Nasional, BRI Tegaskan Komitmen Dukung Pembiayaan Mikro

12 Agustus 2023

Hari UMKM Nasional, BRI Tegaskan Komitmen Dukung Pembiayaan Mikro

BRI optimistis segmen mikro dapat berkontribusi sebesar 45 persen dari total portofolio pembiayaan.


Pemasaran Produk UMKM, Dosen ITB: Media Sosial untuk Menyasar Target Pasar

2 Agustus 2023

Beberapa produk dari UMKM Desa Babakan Kabupaten Pangandaran yang jadi sampel dalam acara bertajuk Pelatihan Media Sosial sebagai Sarana Branding Komunitas Perajin pada Rabu, 2 Agustus 2023.  TEMPO/Ananda Bintang
Pemasaran Produk UMKM, Dosen ITB: Media Sosial untuk Menyasar Target Pasar

Pemasaran UMKM di media sosial membutuhkan kata kunci pesan untuk menyasar target pasar


Riset Prediksi Kebutuhan Pembiayaan UMKM Rp 4.300 T pada 2026

14 Juli 2023

Penyandang disabilitas menyelesaikan pembuatan aneka kerajinan tangan di Wisma Yayasan Cheshire Indonesia kawasan Cilandak, Jakarta, Selasa 4 Juli 2023. Kerajinan tangan berupa ikat rambut hingga rumah boneka berbahan kayu tersebut di jual secara daring dengan harga Rp. 15 ribu sampai Rp. 2,5 juta. Tempo/Tony Hartawan
Riset Prediksi Kebutuhan Pembiayaan UMKM Rp 4.300 T pada 2026

Riset yang dilakukan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) bersama Ernst & Young Indonesia menemukan kebutuhan pembiayaan usaha mikro, kecil dan menengah alias UMKM yang mencapai ribuan triliun pada 2026.