Iklan
TEMPO Interaktif, Yogyakarta: Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X meresmikan beroperasinya PT Putra Patria Adikarsa (PPA) di Desa Giripeni, Kecamatan Wates, Kabupaten Kulonprogo, DIY, Senin (27/9). PPA yang bergerak di bidang produksi rokok sigaret tangan, dan mempekerjakan sekitar 1.500 buruh dari kalangan kaum miskin ini, merupakan mitra kerja PT HM Sampoerna dalam sebuah program Mitra Produksi Sigaret (MPS). MPS di Desa Giripeni ini merupakan mitra kerja ke-25 bagi PT HM Sampoerna. Untuk DIY sendiri, PAA ini merupakan MPS kedua setelah MPS serupa di Kabupaten Bantul yang diresmikan Oktober 2002.Managing Director Sampoerna, Angky Camaro, menyatakan peresmian MPS ke-25 di Kulonprogo ini merupakan bukti kepedulian PT HM Sampoerna untuk menciptakan lapangan kerja baru. "Tadi, Bapak Bupati Kulonprogo sudah menyatakan bahwa keberadaan MPS ini telah menciptakan sentra ekonomi baru, dimana tumbuh usaha kos-kosan di sekitar sini, juga usaha warung. Dengan demikian, kita telah mencegah urbanisasi," ujarnya.Deputi Operation Sampoerna Indonesia, Krisnadi, menjawab pertanyaan wartawan seusai acara peresmian menyatakan, ada tiga pertimbangan dibukanya MPS. Pertama, didasarkan atas kapasitas produksi. Kedua, untuk makin mendekatkan pasar produk Sampoerna. "Sasaran utama pemasaran produk kita adalah ke arah barat," ujarnya.Pertimbangan ketiga, dibukanya MPS berarti tidak perlu mengumpulkan seluruh karyawan bagian produksi di Surabaya. "Dengan jumlah karyawan sebanyak 36.000 di Surabaya, sedikit banyak telah memunculkan masalah, misalnya masalah kemacetan lalulintas pada saat karyawan lepas kerja," ujarnya.MPS di Kulonprogo ini memperoduki rokok kretek tangan untuk produk Jie Sam Soe isi 12. MPS ini baru akan resmi berproduksi pertengahan Oktober nanti. Saat ini, sekitar 1.500 karyawan sedang dalam masa percobaan. Mereka digaji secara harian. Nantinya, mereka akan dibayar sesuai dengan produktivitas. "Kami menerapkan target minimal sebanyak 325 batang rokok per jam per karyawan. Sekarang target itu memang belum tercapai karena memang masih dalam masa training," jelasnya.Krisnadi membantah, produksi dengan sistem MPS ini akan menguntungkan Sampoerna karena karyawan hanya digaji berdasar UMR setempat, jika dibandingkan harus diproduksi di Surabaya. "Upah mungkin lebih murah. Namun, Sampoerna juga harus mengeluarkan beaya lainnya, seperti membawa tembakau blend dari Surabaya ke lokasi MPS," jelasnya. Nantinya, seluruh hasil produksi MPS di Kulonprogo ini akan dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan DIY dan sekitarnya. Heru CN - Tempo
Iklan
