Sektor riil, koperasi, dan usaha kecil dan menengah mengeluhkan fungsi intermediasi bank yang belum berjalan dengan baik. Padahal dana perbankan untuk menyalurkan kredit sangat berlimpah. Apalagi kredit bermasalah (NPL) dan loan deposit ratio (LDR) sudah mulai teratasi.
Yang dikehendaki dalam tahun ini antara lain tingkat bunga diturunkan lagi, kata Menteri Koordinator bidang Perekonomian Dorojatun Kuntjoro-Jakti usai Rapat Kordinator bidang Ekonomi di gedung Badan Koordinasi Penanaman Modal Jakarta, Jumat (23/5).
Menurut dia, Gubernur Bank Indonesia Burhannudin Abdullah mengaku siap meningkatkan kerjasama dalam mendorong sektor riil, korpersi dan UKM. Caranya, dengan pemanfaatan ekses likuiditas yang ada di perbankan secara lebih optimal untuk kredit usaha. Tentunya tanpa mengganggu kondisi kesehatan perbankan, ujarnya.
Burhanuddin mengatakan bank sentral akan menempuh kebijakan moneter yang mengarah pada penurunan bunga. Karena, kata dia, penurunan suku bunga masih dapat dilanjutkan. Tapi kebijakan tersebut perlu tetap dilakukan secara hati-hati mengingat masih terdapat faktor resiko, ujarnya.
Ia menjelaskan faktor resiko itu adalah dampak wabah virus gangguan pernapasan akut atau SARS dan faktor ketidakpastian pascaperang Irak. Selain itu, kondisi pasar uang dan perbankan yang masih terlalu likuid. Serta pasar valuta asing yang masih cukup rentan terhadap perubahan sentimen, seperti Pemilu 2004.
Ia menambahkan kondisi perbankan secara terus menerus memperbaiki diri dan sudah menunjukan perbaikan yang berarti. Dalam tiga bulan pertama tahun 2003, jumlah kredit baru yang disalurkan perbankan mencapai Rp 18,3 triliun. Sektor UKM mendapat kucuran sekitar Rp 7 triliun.
Tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), kata dia, turun terus sekitar tujuh persen selama setahun terakhir. Penurunan ini ikut membantu pengurangan tingkat suku bunga kredit pinjaman. Kredit perbankan terus meningkat sedangkan di lain pihak kredit konsumsi secara bertahap turun, ujar Burhanudiin.
(Kurniawan-TNR)