Televisi Republik Indonesi (TVRI) minta Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) mengaudit utangnya sebesar Rp 392 miliar. Dari audit tersebut diharapkan akan diketahui mana utang yang menjaditanggung jawab manajemen lama dan mana yang harus dilelesaikan manajemen baru TVRI.
Selain itu, kata direktur Program dan Berita TVRI Enny Anggraeni Hardjanto, TVRI yang baru beralih status dari perusahaan jawatan menjadi persero, juga telah meminta penangguhan pembayaran utang sekitar Rp 7 miliar kepada PLN. Diupayakan dapat direkstukturisasi sampai kita punya pendapat yang cukup untuk membayar, katanya kepada wartawan di kantornya, Jakarta, Rabu (21/5).
Enny memaparkan dengan kondisi keuangan yang minim, saat ini TVRI akan terus menjalankan program sebelumnya sambil menunggu pemasukan dari iklan. Dana yang saat ini tersedia, hanya cukup untuk biaya operasi hingga bulan Juni. Untuk menghemat pengeluaran stasiun-stasiun daerah telah mengurangi jam siarannya satu hingga dua jam setiap harinya.
Dengan peralihan status menjadi persero, kata Enny TVRI kini sudah tidak mendapatkan dana sedikit pun dari pemerintah. Modal yang seharusnya disetor pemerintah sebesar 20 persen dari total aset Rp1,2 trilium pun juga tidak jadi diterima TVRI. Pasalnya pemerintah menetapkan aset-aset yang kini TVRIdihitung sebagai penyertaan modal pemerintah.
Sebagai hasil penangguhan utang PLN, mulai tanggal 20 Mei kemarin seluruh 395 stasiun transmisi kembali dihidupkan. Sebelumnya beberapa stasiun transmisi terpaksa dimatikan untuk menghemat biaya. Pda saat bersamaan program dunia dalam berita pun juga kembali ditayangkan. Meski tidak memiliki dana Enny menjamin TVRI akan menghormati semua kontrak yang masih berjalan.
Untuk menggali pemasukan dari iklan TVRI akan melakukan riset sendiri ke tiap-tiap daerah untuk mengetahui potensi pasar di daerah. Menurut Enny TVRI tidak dapat menggantungkan peningkatan yang dilakukan oleh AC Nielsen. AC Nielsen kan hanya riset di 5 kota kota besar, katanya.
Dia berharap perusahaannya paling tidak dapat meraih pendapatan 20 persen dari prime time. Untuk dapat meraih target ini dia berencana mengundang agen-agen Iklan untuk memsosialisasi idenya. Jangkauan kitakan paling luar, katanya optimis. Disamping itu TVRI juga berencana menambah stasiun Transimisi di daerah perbatasan untuk memperluasan jangkauan siaranya.
(Sapto Pradityo-TNR)