Pelepasan saham pemerintah sebasar 40% dari 70,2% di Bank Central Asia (BCA), kata Elvyn, seharusnya dijadikan momentum oleh pemerintah untuk menarik minat investor-investor asing menanamkan modal di Indonesia. “Kalau bisa tidak saja di BCA tapi juga saham-saham di BUMN, walaupun indikasinya pendapatan pemerintah akan menurun,” katanya.
Menurut Elvyn, pelepasan saham-saham tersebut seyogyanya dilakukan sejak dulu karena bukan saja BCA tidak menikmati saham-saham pemerintah itu, tapi saham-saham ini sudah ditunggu-tunggu oleh para investor. Pelepasan saham tersebut, kata Elvyn, merupakan indikasi yang baik, agar investor-investor asing itu mau kembali menanamkan modalnya di Indonesia.
Saham milik pemerintah di BCA, dilepas melalui Badan Penyehatan Perbankan Nasional. Hal itu dilakukan dalam rangka divestasi tahap I BCA sebagaimana disampaikan Direktur Utama BCA, D.E. Setijoso, usai paparan publik dan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), Kamis (12/4), di Jakarta.
Setijoso mengatakan, langkah divestasi tahap I tersebut direncanakan akan dapat direalisasi pada bulan Juni 2001 mendatang. “Hal itu juga telah disetujui oleh DPR beberapa waktu yang lalu,” lanjut dia.
Mengenai besar saham yang akan dijual oleh BPPN, Setijoso tidak bersedia mengatakannya. “Saya belum pasti tentang hal itu, lagipula kami belum terlibat secara langsung dengan BPPN. Pokoknya kami akan membantu pemerintah agar divestasi ini sukses,” ujarnya.
Selain dimiliki oleh pemerintah, sebagian kecil saham bank yang memiliki 794 kantor cabang di dalam negeri ini dimiliki oleh publik sebanyak 20,5%. Sebanyak 7,2% saham lainnya dimiliki pemegang saham lama, di antaranya Anthony Salim, Soedono Salim, dan Andre Halim. (Bagja Hidayat dan Juke Illafi K)