TEMPO.CO, Beijing - Perusahaan China Communications Construction Company Ltd. (CCCC) menyasar sejumlah proyek infrastruktur di Indonesia.
Vice President CCCC Internasional Pen Dapeng menjelaskan bahwa ia tengah menjajaki lebih dari 10 proyek di Indonesia. Di antaranya adalah pembangunan jalan tol, pelabuhan, kawasan industri, dan real estate. “Saat ini proyek yang sedang berjalan di Indonesia, nilainya sekitar US$ 12 miliar. Terutama di bidang infrastruktur dan real estate,” ujar Pen Dapeng pada Jumat, 22 September 2017.
Salah satu proyek besar yang dijalaninya adalah jalan tol Solo-Kertosono. Proyek ini memakan biaya US$ 300 juta. Proses pembangunannya sudah dimulai pada 2016 lalu. Selain itu, CCCC juga telah menyelesaikan laporan studi kelayakan untuk proyek infrastuktur di Indonesia Barat, seperti jalan lingkar di Pulau Jawa, Pelabuhan Kuala Tanjung di Sumatera Utara, kawasan industry Bitung di Sulawesi Utara, dan real estate di Jakarta. Sayangnya, proyek-proyek tersebut masih menunggu persetujuan dari Pemerintah Indonesia.
Tidak hanya memaparkan proyek yang sedang dalam tahap penjajakan saja, CCCC juga berinvestasi pada pembangunan jembatan Surabaya-Madura (Suramadu). Namun, pembangunan tersebut masih memiliki dua kendala utama.
“Tantangan utamanya adalah pembebasan lahan,” ujar Dapeng.
Ia mencontohkan, jalan tol Kualanamu-Binjai yang berjarak 19 kilometer, sebenarnya bisa hanya dalam dua tahun selesai dikerjakan. Tentu jika tidak ada kendala pembebasan lahan. Ia juga mengatakan seringnya kepala atau pejabat BUMN yang berganti memimpin proyek juga menjadi kendala. Waktu pembahasan dan molornya negosiasi kontrak adalah alasannya.
Sebelumnya, CCCC telah merampungkan 28 master plan untuk membangun pelabuhan. Namun, sampai saat ini, belum ada satu pun yang diterima pemerintah karena para pemimpin PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) kerap berganti dalam kurun waktu dua tahun belakangan.
"Akan sangat mudah bagi investor untuk berubah pikiran kalau pejabatnya sering sekali berganti, apalagi kami sudah menghabiskan lebih dari 5 juta dolar AS untuk studi kelayakan proyek-proyek ini," tutur Dapeng soal investasi proyek infrastruktur di Indonesia.
ANTARA | ANDITA RAHMA