TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah pihak menyatakan banyaknya debitor yang mencairkan kredit investasinya di perbankan pada semester kedua tahun ini salah satunya tak lepas dari target pengerjaan proyek infrastruktur. SEVP Corporate Banking PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Alexandra Askandar, misalnya, menyatakan, kredit investasi untuk sektor infrastruktur harus segera dicairkan karena berkaitan dengan pengerjaan proyeknya.
“Semakin cepat perkembangan pengerjaan proyeknya, pencairan penggunaan fasilitas kreditnya pun juga semakin cepat,” ujar Alexandra di Jakarta, pekan lalu. Sampai akhir semester pertama tahun ini, bank berkode emiten BMRI itu mencatatkan pertumbuhan kredit investasi sebesar 14,43 persen menjadi Rp 183,16 triliun.
Baca: Kredit Tumbuh, Bank Mandiri Akan Naikkan Suku Bunga Deposito
Hal senada disampaikan oleh Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia TBk. Achmad Baiquni. Ia menuturkan, kalaupun kredit yang belum ditarik untuk kredit investasi masih cukup tinggi, itu disebabkan oleh memang belum waktunya melakukan penarikan kredit. “Kalau investasi kan memang harus sesuai jadwal yang sudah direncanakan, berbeda dengan kredit modal kerja,” tuturnya.
Namun begitu, Baiquni menyebutkan, sudah ada beberapa debitor korporasi swasta yang sudah menarik kredit untuk belanja modal yang berarti menggunakan kredit investasi. Pasalnya, saat ini menjadi waktu yang paling sesuai untuk mulai investasi seiring dengan tahap pemulihan ekonomi global.
Dari pengamatannya, Baiquni melihat sejauh ini permintaan kredit dari debitor swasta, terutama untuk investasi tidak lesu. “Banyak dari mereka justru melihat saat ini menjadi timing yang pas untuk investasi karena melihat peluang dari pemulihan ekonomi global,” katanya. Per Juni 2017, untuk pertumbuhan kredit investasi pihak ketiga bank berkode emiten BBNI itu mencatatkan kenaikan sebesar 8,67 persen menjadi Rp 93,86 triliun.
Dari data Bank Indonesia (BI) sampai Juli 2017 menunjukkan kredit investasi naik sebesar 6,2 persen menjadi Rp 1.110 triliun dibandingkan dengan Juli 2016. Persentase pertumbuhan itu pun lebih tinggi ketimbang Juni 2017 yang naik sebesar 6,1 persen. Untuk penyaluran kredit kepada debitor swasta sampai Juni 2017 juga masih tumbuh satu digit sebesar 7,18 persen menjadi Rp 4.114 triliun dibandingkan dengan periode sama pada tahun lalu.