TEMPO.CO, Jakarta - Pengusaha retail mulai menjajaki sistem penjualan online untuk mendorong kinerja dan performa perusahaan. Tak terkecuali PT Hero Supermarket Tbk.
Presiden Direktur PT Hero Supermarket Tbk. Stephane Deustch mengatakan pihaknya tak lagi menggunakan pendekatan yang konservatif dalam memenuhi kebutuhan serta pelayanan untuk konsumen. "Tim kami sedang memformulasikan pendekatan yang tepat untuk e-commerce ini,” ujarnya dalam konferensi pers, di Hotel Mandarin Oriental, Jakarta, Jumat, 15 September 2017.
Baca: Buka Toko Baru, Hero Supermarket Siapkan Rp 302 Miliar
Pernyataan Stephane menanggapi kian sengitnya persaingan di industri retail belakangan ini. Tak sedikit peretail yang memilih menutup gerai-gerainya yang dianggap tak lagi menguntungkan. “Sekarang sudah ada banyak model yang berkembang di Indonesia. Ada yang berjalan baik dan belum baik juga," ujar Stephane.
Hero, kata Stephane, juga mulai melirik platform penjualan online untuk dikembangkan di kemudian hari. Tak tertutup kemungkinan lima brand retail dari Grup Hero itu juga akan mendorong penjualan online-nya.
Dari kelima brand Grup Hero yakni Giant Ekstra, Giant Express, Hero Supermarket, Guardian, dan IKEA, baru IKEA yang telah menerapkan sistem penjualan online melalui pembukaan IKEA Distribution Point di Bogor dan Bintaro. Guardian juga sedang berfokus pada strategi pemasaran digital, selain terus berekspansi membuka toko baru.
Terkait dengan brand penyedia bahan makanan (groceries store), seperti Giant atau Hero Supermarket, Stephane mengatakan akan berusaha mencari solusi alternatif untuk menjawab kebutuhan konsumen dan menambah keuntungan bagi perusahaan termasuk melalui penjualan online. "Memang sudah ada banyak perubahan di masyarakat bagaimana cara mereka mendapatkan makanan dan minuman saat ini, kami akan menuju ke sana (online), dan tim kami sedang berusaha untuk memberikan solusi itu."
Pada kinerja keuangan semester 1 2017, Stephane melaporkan bisnis makanan masih tetap menjadi tantangan karena kondisi perdagangan yang belum sepenuhnya membaik. "Tapi bisnis non makanan mencatatkan pertumbuhan yang berkelanjutan," ucapnya. Penjualan segmen makanan tercatat turun 6,2 persen, sedangkan non makanan tumbuh hingga 12 persen.
Namun, terlepas dari penjualan tersebut, Stephane berujar laba yang dihasilkan hingga semester 1 tahun ini masih lebih besar dibandingkan periode yang sama tahun lalu yaitu mencapai 25,9 persen. "Aktivitas yang kami lakukan untuk menjaga laba di antaranya terus meningkatkan produktivitas toko dan membantu efisiensi biaya operasional," katanya.
Laba bersih yang dicatatkan Grup Hero hingga semester 1 tahun ini mencapai Rp 71 miliar, sedangkan total pendapatan menurun dari sebelumnya Rp 7,2 triliun menjadi Rp 6,9 triliun. "Dari total pendapatan ini 85 persen masih dari Giant dan Hero, sisanya baru dari Guardian dan IKEA," ucap Stephane.
GHOIDA RAHMAH